Pages

Wednesday, 24 November 2021

Etika Komunikasi : Pengertian, Ruang Lingkup, Prinsip-prinsip, Komponen, dan Penerapan

 

2.1    Pengertian dan Ruang Lingkup Etika Komunikasi

2.1.1 Etiket dan etika

Menurut Soerganda, etiket yaitu sebuah filsafat yang berkaitan dengan sebuah tindakan baik dan buruknya. Etiket adalah adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam bergaul satu sama lain agar hubungan tetap baik dan etiket pula memiliki keterkaitan dengan tindakan kesusilaan yang harus dimiliki seorang manusia dalam kehidupannya.

Fungsi etiket antara lain untuk menumbuhkan  persahabatan, untuk membahagiakan orang lain, tidak menyinggung perasaan satu sama lain, dan untuk menjaga hubungan agar tetap baik.

Etika adalah perilaku manusia yang ditentukan berdasarkan masing masing sifat manusia itu sendiri. Dalam tindakan manusia ada hubungan nya dengan alam atau biasa disebut hukum alam. Tetapi hal tersebut tidak dapat langsung disebut sebagai peraturan yang diciptakan oleh setiap individu beserta hukumannya. Jadi, apabila hukum tersebut tidak ditaati maka akan mendapat hukuman.

Manusia merupakan mahluk sosial yang selalu bergantung dengan mahluk lainnya. Dalam hidup bermasyarakat seorang manusia memiliki kewajiban untuk saling membantu satu sama lain. Apabila kita saling membantu satu sama lain, maka kita akan mendapat balasan yang setimpal. Sehingga dalam melakukan interaksi terdapat beberapa etika yang harus dipahami meliputi :

1.    Etika normatif merupakan etika yang mengacu terhadap perilaku dan sikap yang baik yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai hal yang bernilai.

2.    Etika deskriptif merupakan etika yang dilihat dari rasional dan kritis dari sikap, tujuan hidup, dan perilaku seseorang sebagai sesuatu yang bernilai.

3.    Metaetika merupakan logika khusus untuk melihat apakah ucapan atau tindakan tersebut etis.

Etika memiliki beberapa fungsi antara lain:

1.    Dapat menunjukan keterampilan intelektual  yaitu  suatu keterampilan untuk berargumentasi secara rasional serta sangat kritis.

2.    Untuk Orientasi etis ini diperlukan didalam mengambil suatu sikap yang wajar didalam suasana pluralism.

3.    Tempat untuk mendapatkan suatu orientasi kritis yang berhadapan di berbagai suatu moralitas yang membingungkan.

Etika dan etiket mempunyai perbedaan antara lain :

1.    Etiket adalah melakukan perbuatan sesuai dengan norma. Sedangkan Etika adalah perbuatan yang didasari dengan niat.

2.    Etika bersifat mutlak karena etika tidak bisa ditawar, contohnya “aturan jangan mencuri”. Sebaliknya, Etiket bersifat relative, artinya dalam suatu budaya dapat dianggap tidak sopan, namun dalam kebudayaan lainya dianggap sopan. Contohnnya saat makan kita menggunakan tangan.

3.    Etiket bersifat formal, dapat dilihat dari tindakanya yang sopan. Sedangkan Etika merupakan nurani, dilihat dari cara bersikap yang etis.

2.1.2 Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi menurut Wursanto (Wursanto, 2001) yaitu suatu proses dalam penyampaian warta, berita, dan informasi dari seseorang kepada orang lain. Sedangkan menurut KBBI yaitu Pengiriman dan pengiriman pesan kepada seseorang dengan cara yang benar sehingga dapat dipahami. Dari beberapa pengertian di atas, maka arti dari komunikasi tidak lain adalah proses penyampaian pesan pada orang lalin.

Dari seluruh pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa etika komunikasi merupakan suatu proses menyampaikan suatu pesan kepada orang lain dengan tata krama dan sikap yang baik.

Didalam perusahaan, etika merupakan suatu hal yang wajib diterapkan untuk seluruh bidang di didalam kegiatan kerja. Dengan adanya etika didalam berkomunikasi, maka hal itu akan menghasilkan hubungan timbal balik antara pemimpin perusahaan dengan karyawannya dengan baik, dan hal itu juga akan menghasilkan kerja sama yang sangat baik. Apabila didalam suatu perusahaan tidak ada komunikasi yang baik, maka pekerjaan di perusahaan tersebut tidak akan sesuai dengan rencana yang telah disahkan, maka tujuan yang diharapkan pemilik perusahaan tidak akan tercapai.


2.2    Prinsip-Prinsip Etika Komunikasi Bisnis

Dalam melakukan suatu kegiatan bisnis, seseorang tidak akan terlepas dari melakukan interaksi dan komunikasi dengan orang lain. Adapun prinsip-prinsip komunikasi bisnis menurut Murphy dan Hildebrandt (1991) dalam  (Iriantara, Komunikasi Bisnis, 2015) yang disingkat dengan 7C, yakni sebagai berikut:

1.        Completeness yaitu mengusahakan untuk memberikan informasi yang lengkap pada pihat ataupun seseorang yang membutuhkan informasi. Kepercayaan seseorang bisa terbentuk ketika mereka memiliki banyak informasi yang didapat. Selain itu, lengkapnya informasi yang diberikan akan membuat komunikasi semakin efektif dan todak terjadi misscomunication.

2.        Conciseness yaitu mengemas komunikasi dengan memakai kosa kata yang padat dan jelas sehingga penerima informasi lebih mudah memahami, hal tersebut berbeda ketika seseorang menyampaikan infrormasi dengan panjang, lebar, dan terlalu bertele-tele sehingga orang yang menerima informasi masih akan berfikir lebih keras untuk memahami dan mencerna setiap klaimat yang ia dengarkan.

3.        Concreteness yaitu menyampaikan pesan secara konkret dan spesifik, bukan secara abstrak. Pesan abstrak yang dimaksud disini dapat dicontohkan melalui kalimat “perbaikan derajat kehidupan”. Contoh kalimat tersebut bisa dibuat konkret yaitu menjadi peningkatan penghasilan ataupun peningkatan taraf pendidikan, sehingga orang yang mendapatkan informasi akan dapat lebih mudah memahami.

4.        Consideration yaitu komunikator dalam menyampaikan pesan harus memahami kondisi komunikan. Di dalam komunikasi bisnis, penting sekali mengetahui orang yang akan kita ajak berkomunikasi.

5.        Clarity yaitu pesan disusun dalam kalimat yang lebih mudah untuk dipahami. Perlu dipahami bahwa suatu informasi dibuat tidak lain untuk si komunikan atau penerima informasi, sehingga harus dibuat jelas agar lebih mudah dipahami. Sering kita temui komunikator menggunakan kata ataupun istilah yang terlalu tinggi, susah, ataupun jarang dijumpai di kehidupan sehari-hari, padahal tujuan penyampaian informasi bukanlah sebagai ajang untuk menunjukkan tingkat kecerdasan ataupun tingkat pendidikan komunikator melainkan agar pesan dapat diterima dan dipahami oleh komunikan.

6.        Courtesy yaitu bertata krama yang baik atau bersikap sopan santun kepada komunikan sebagai bentuk sikap menghargai lawan bicara. Hal ini meliputi santun dalam berbahasa, santun dalam bersikap dan berperilaku.

7.        Correctness yaitu pesan dibuat secara cermat dan teliti. Contohnya dalam pesan tertulis hendaknya dibuat menggunakan tata bahasa yang baik dan benar, sedangkan pesan secara lisan dilakukan dengan memperhatikan atau melihat lawan bicara saat menyampaikan informasi.

Dari ke-tujuh prinsip komunikasi di atas, dapat dijadikan sebagai suatu pedoman dalam melakukan komunikasi demi terciptanya suatu komunikasi yang efektif. Prinsip yang tergabung dalam 7C tersebut, lebih menekankan pada bagaimana cara menyusun pesan komunikasi yang baik khususnya dalam konteks komunikasi bisnis. Namun dalam implementasi ke-tujuh prinsip komunikasi di atas, hendaknya juga harus disesuaikan dengan budaya dimana komunikasi itu berlangsung.

Menurut Jan de Leeuw (1994) dalam melakukan komunikasi bisnis, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, diantaranya yaitu:

1.    Keterbukaan. Komunikasi yang dilakukan oleh atas dengan bawahan dapat dilakukan secara terbuka. Hal dikarenakan karyawan atau pegawai memiliki kepentingan mengenai besar pendapatan perusahaan demi keberlangsungan hidup kedepannya ataupun kendala yang dihadapi perusahaan agar karyawan dapat memberikan usulan berupa solusi. Dengan keterbukaan komunikasi yang demikian, maka akan memberikan keuntungan pada seluruh pihak yang ada dalam perusahaan.

2.    Saling menghargai. Dalam hal ini, De Leeuw memakai istilah persamaan hak dan sikap saling menerima. Semua pihak dalam perusahaan pastinya memiliki peran dan tugas masing-masing yang penting, sehingga baik direktur, manajer, dan karyawan harus saling menghargai dalam pekerjaan. Setiap komponen tersebut harus bersinergi agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai.

3.    Koherensi logis, yaitu segala tindakan dalam bisnis, khususnya dalam memperoleh keuntungan haruslah dilandasi logika. Setidaknya ketika perusahaan ingin menaikkan harga barang haruslah dilandasi dengan alasan yang logis, misalnya dikarenakan oleh harga bahan baku yang naik. Sehingga dengan begitu alasan tersebut dapat diterima oleh konsumen, dan tidak semata-mata karena keegoisan perusahaan.

4.    Mempertimbangkan suatu hal dari berbagai sudut pandang. Dalam perusahaan, setiap keputusan tidak hanya akan memberikan dampak pada keberlangsungan perusahaan, tetapi juga akan berdampak pada pihak intern dan ektern perusahaan. Dengan begitu, hendaknya segala keputusan peusahaan melibatkan seluruh pihak.

 

2.3    Penerapan Etika Dalam Komunikasi

Didalam kehidupan dan pergaulan yang ada dimasyarakat, ada dua hal yang tak bisa terpisahkan yakni etika dan juga komunikasi. Dimana pun dan kapanpun orang yang melakukan komunikasi, hal tersebut perlu dipertimbangkan dengan benar, karena dari pertimbangan yang kita lakukan, akan dapat diterima dengan baik oleh komunikan.

Sejatinya, manusia melakukan komunikasi itu tak selamanya dapat dianggap sepele untuk dilakukan, bahkan sebelum kita akan berkomunikasi dengan komunikan, kita harus tau lebih dalam lagi tentang orang yang akan kita ajak berkomunikasi. Tentunya komunikator harus mengira-ngira lalu membuat rancangan untuk mempersiapkan bahan pembicaraan yang akan kita bicarakan sekiranya pembicaraan tersebut dapat diterima dengan baik oleh komunikan. Didalam suatu/seluruh aktivitas tentunya harus terdapat etika didalamnya, sama halnya disaat melakukan komunikasi, yakni:

1.    Bukalah jendela komunikasi atau mencairkan suasana yang awalnya tegang menjadi lebih santai.  Seperti juga didalam lingkungan kita, kita bisa melakukan cara yang mudah terlebih dahulu seperti, mendekatkan hubungan pertemanan, maupun persaudaraan, dengan cara  ikhlas juga tulus mengungkapkannya. Selagi ada waktu dan kesempatan, maka dahului untuk membuka pintu komunikasi dan jangan menjadi orang yang sok jual mahal dan juga angkuh. Bagaimana cara untuk membangun sebuah komunikasi atau membuka jendela komunikasi yang baik?

a.    Lambaikanlah tangan kita dengan santun

b.    Senyumlah dengan ikhlas juga tulus

c.    Untuk mengawali komunikasi ada baiknya mengucapkan salam terlebih dahulu

d.    Ajaklah untuk saling jabatan tangan

e.    Cobalah untuk menanyakan keaadaan lawan bicara kita

f.     Meminta maaf lalu mengucap permisi

g.    Ucapkanlah kesan atau pesan anda kepada lawan bicara

h.    Dan yang terakhir mengucapkan terima kasih

2.    Etika bertatap muka

Hal hal yang perlu menjadi pertimbangan disaat komunikator akan menyampaikan pembicaraan kepada komunikan saat bertatap wajah, yakni:

a.    Disaat kita menyampaikan pembicaraan kepada komunikan, ada baiknya kita untuk bersikap kalem, dan boleh saja apabila sekali kali kita menegaskan apa yang kita bicarakan dengan gerakan tangan secara sopan dan halus. Gerakan tangan disarankan agar tidak berlebihan dan ada baiknya apabila kita menggunakan jari jempol untuk menunjuk.

b.    Hindari untuk membicarakan suatu hal yang ada hubungannya dengan masa lalu lawan bicara kita

c.    Disaat kita berkomunikasi dengan lawan bicara kita, janganlah mempergunjingkan orang lain yang tidak ada hubungannya dalam pembicaraan

d.    Janganlah memborong semua pembicaraan, berilah kesempatan untuk lawan bicara kita untuk menyampaikan argumentasinya

e.    Disaat lawan bicara kita sedang berbicara, hendaknya kita berdiam dulu sampai lawan bicara kita selesai mengungkapkan argumennya

f.     Hendaknya kita menyesuaikan volume suara kita disaat berbicara

g.    Apabila terjadi hal hal yang tidak disengaja misalnya batuk, sebaiknya tutuplah mulut kita agar tidak membuat risih lawan bicara kita

h.    Lalu setelah diselesaikan pembicaraannya, maka berterima kasihlah dan minta maaflah apabila terjadi kesalahan disaat kita melakukan pembicaraan sebelumnya

3.    Etika disaat menggunakan selular

Disaat kita menelepon, pasti ada kesamaan disaat kita berkunjung kerumah teman kita. Dan juga disaat kita mendapat panggilan itu juga ada kesamaan disaat teman kita berkunung kerumah kita. Ada beberapa yang perlu diperhatikan disaat melakukan komunikasi melalui telepon, yakni:

a.    Jika kita akan menelpon hendaknya mempertimbangkan waktu, apakah waktu tersebut benar atau tidak. Contohnya disaat kita akan ada bimbingan dengan dosen maka perlu pertimbangan waktu, kapan yang setidaknya tidak mengganggu waktu dosen kita.

b.    Hendaknya berbicaralah menggunakan intonasi yang kalem, halus, dan spontan ke inti pembicaraan atau tidak bertele-tele.

c.    Berikanlah kepedulian terhadap komunikan disaat kita berbicara

d.    Disaat kita menelpon jangan sekali-kali kita mengajak orang lain yang didekat kita untuk bicara, karena hal tersebut akan menyinggung perasaan orang yang kita telepon

e.    Pada saat diakhir percakapan, ucapkanlah terima kasih karena telah menyempatkan waktunya untuk menerima telfon dari kita

4.    Etika disaat kita akan berkenalan

a.    Sebutlah nama kita dengan jelas

b.    Bersikaplah dengan penuh keyakinan

c.    Sekali kali janganlah mengabaikan kontak pribadi

d.    Adabaiknya kita melakukan jabatangan tangan maksimal 5 detik

e.    Pandanglah mata komunikan kita searah dengan maksud kita berbicara dengan lawan bicara kita

f.     Hendaknya tubuh sedikit ke depan

g.    Ada baiknya disaat kita berkenalan dengan lawan bicara kita, lakukanlah dengan tersenyum

h.    Hindarilah berkenalan di tempat yang ramai.

5.    Etika dialam percakapan

a.    Didalam sebuah percakapan pasti ada topic yang menjadi bahan pembicaraan, hendaknya topiknya itu tidak menyinggung SARA, dan baiknya topiknya berisikan tentang pembicaraan yang menarik bagi komunikator dan komunikan

b.    Didalam percakapan pastinya ada hal yang harus di hindari, yakni

·      Memotong pembicaraan lawan bicara kita

·      Membicarakan suatu hal yang dapat menimbulkan pertentangan

·      Membual tentng diri sendiri

·      Membicarakan suatu hal dengan bertele-tele

·      Menanyakan suatu hal yang menyangkut pribadi lawan bicara kita

·      Memberikan nasehat kepada lawan bicara kita tanpa diminta

·      Memaksa seseorang yang sifatnya pemalu dan pendiam untuk berbicara didepan umum

·      Berbisik-bisik

6.    Bertukar kartu nama juga ada etikanya tersendiri, yakni:

a.    Pertukaran katu nama baiknya dilaksanakan diawal komunikator bertemu dengan komunikan

b.    Berikanlah kartu tersebut kepada lawan bicara kita  dengan 1 tangan

c.    Apabila kartu identitas kita dicetak menggunakan beragam bahasa, sebaiknya disaat kita memberikan kartu nama kita ke lawan bicara kita hendaknya letakkan sisi yang terdapat bahasa yang dimengerti oleh lawan bicara kita atau penerima kartu nama tersebut menghadap penerima

d.    Apabila kita yang menjadi penerima kartu nama, sebaiknya baca terlebih dahulu sebentar kartu nama yg diberikan kepada kita lalu ucapkan terima kasih, lalu disaat kita akan menyimpan kartu nama yang diberikan kepada kita hendaknya dilakukan dengan cara yang tenang jangan grusa-grusu

e.    Janganlah kita memperlakukan kartu nama yang diberikan kepada kita dengan sembarangan, karna hal tersebut merupakan sebuah penghinaan terhadap orang yang telah memberikan kartu nama tersebut kepada kita.

2.4    Komponen - Komponen Komunikasi Yang Efektif

Dalam mempelajari bagaimana komunikasi, sangat perlu merumuskan apa saja komponen-komponen yang membentuk atau yang harus ada pada saat komunikasi berlangsung. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Laswell (Fiske, 2004) komponen komunikasi ada empat yaitu siapa yang melakukan komunikasi, informasi apa yang disampaikan, saluran atau media seperti apa yang digunakan, siapa yang menerima informasi, dan timbal baliknya seperti apa.

Secara umum, komponen-komponen komunikasi antara lain :

a.    Komunikator (Pengirim pesan), pihak yang mengirim pesan atau informasi atau orang yang berinisiatif menjadi sumber dalam sebuah hubungan.

b.    Pesan, merupakan hasil transformasi dari gagasan atau pikiran yang dikirim oleh komunikator dan diterima oleh komunikan dapat berupa verbal dan non verbal

c.    Saluran komunikasi (Media), alat yang digunakan atau dimanfaatkan untuk menyampaikan informasi/gagasan

d.    Komunikan (Penerima pesan), pihak yang menerima pesan atau informasi

e.    Efek, yaitu dampak yang ditimbulkan dari aktivitas komunikasi yang menjadi aspek keberhasilan komunikasi yang ditandai dengan perubahan sikap, pendapat, dan perilaku.

f.     Umpan balik, merupakan tanggapan yang diberikan komunikan selama proses komunikasi berlangsung. Komponen ini biasa digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan komunikasi dengan mengubah teknik, gaya komunikasi, dan isi pesan

g.    Gangguan komunikasi, merupakan masalah yang timbul dalam melakukan komunikasi. Hal tersebut dianggap membuat komunikasi tidak efektif antara lain dikarenakan gangguan dari fisik, psikologi, semantik dan juga mekanis.

h.    Lingkungan merupakan pemberi komponen yang memberikan pengaruh pada berlangsungnya komunikasi.

Komunikasi merupakan proses dimana suatu gagasan diubah dari sumber (komunikator) kepada satu orang penerima atau lebih dengan tujuan untuk mengubah laku seseorang (Mulyana, 2005). Sehingga komunikasi ini merupakan proses yang mana kegiatan ini memiliki ciri terjadinya tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan.

Dalam melakukan komunikasi akan ada konteks komunikasi yang beragam seperti konteks organisasi, bisnis, dan lain sebagainya. Dan tentu saja dalam komunikasi adakalanya tidak bersifat tunggal saja tetapi bisa juga gabungan dari beberapa konteks seperti konteks organisasi dalam bisnis, konteks komunikasi dalam budaya dan sebagainya. Konteks komunikasi tersebut merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi diluar pihak yang berkomunikasi antara lain :

a.    Fisik, antara lain  suhu udara, cuaca, dan warna dinding

b.    Psikologi, antara lain dari prasangka, sikap, dan kecenderungan

c.    Sosial, seperti nilai sosial dan norma kelompok

d.    Waktu, yaitu saat komunikasi dilakukan

Dari konteks komunikasi tersebut menunjukan faktor mempengaruhi komponen komunikasi seperti :

a.    Komunikator dan komunikan

Dipengaruhi oleh antara lain sikap, pengetahuan, keterampilan pengetahuan, system sosial dan budaya

b.    Pesan

Dipengaruhi oleh bagaimana pesan tersebut dikembangkan dengan dasar struktur pesan, isi, elemen, perlakuan dan kode pesan

c.    Saluran pesan (Media)

Faktor yang mempengaruhi yaiu dari fungsi pancaindera karena saluran komunikasi digunakaan sebagai menyampaikan pesan dan diserap oleh pancaindera.

ETIKA LINGKUNGKAN : Pengertian, Jenis-jenis, Prinsip, dan Penerapan

 

Pengertian Etika Lingkungan

Menurut Keraf(2002) Etika adalah adalah adat istiadat atau kebiasaan yang ada pada masyarakat. Etika merupakan arah atau orientasi manusia untuk menjalani kehidupan dengan baik. Setelah itu, etika akan dituangkan dalam bentuk aturan atau norma yang akan dilakukan atau diajarkan melalui lisan dan tingkah laku. Singkatnya,etika itu adalah sebuah norma yang digunakan untuk mengatur kehidupan manusia agar mengetahui mana yang sebaiknya dilakukan dan mana yang tidak seharusnya dilakukan. Etika ini jika dilakukan terus menerus akan menjadi sebuah kebiasaan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita yang mempunyai pengaruh terhadap  kelangsungan kehidupan makhluk hidup yang lain. Lingkungan merupakan penunjang bagi manusia. Manusia sangat membutuhkan lingkungan. Manusia dan makhluk lainnya tidak bisa dipisahkan dengan lingkungan. Tidak bisa dipungkiri bahwa sumber daya alam sebagian besar dimanfatkan oleh manusia.. Jika sumber daya alam tidak terjaga dengan baik atau rusak,maka kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya akan terganggu. Untuk itu, kita sebagai  manusia harus bisa memanfaatkan lingungan dengan bijak.

Perlu sebuah norma untuk membatasi manussia untuk berperilaku atau untuk memperlakukan lingkungannya. Untuk itu, diperlukan etika lingkungan. Menurut Keraf(2002) Etika lingkungan yaitu pedoman atau norma bagaimana manusia memperlakukan lingkungan dengan baik. Dengan etika lingkungan, kita dapat melaksanakan hak dan kewajiban kita dengan baik terhadap lingkungan tanpa harus merusaknya. Antara hak dan kewajiban kita pada lingkungan harus sama atau seimbang. Oleh karena itu, lingkungan akan tetap terjaga dengan baik.  

Teori Etika Lingkungan Hidup

Menurut Keraf(2002), teori etika lingkungan hidup ada 3, yaitu sebagai berikut :

1.    Etika Lingkungan Dangkal (Antroposentrisme)

Etika lingkungan dangkal atau antroposentrisme itu sudah lebih awal mendominasi cara pandang manusia di dunia ini. Terutama cara pandang filsuf dan ekonom barat yang memandang bahwa sumber daya alam dan alam semesta ini bisa dieksploitasi besar-besaran dan seluas-luasnya karena manusia adalah penguasa alam. Dengan kata lain, hanya manusia sebagai komunitas sosial yang memiliki nilai moral, sementara komponen lainnya yakni unsur-unsur biotik dan abiotik tidak memiliki nilai dan moral. Pandangan ini mengakibatkan krisis ekologi global.

Oleh karena itu, pandangan antroposentisme banyak menuai kritikan. Hal itu karena dalam teori ini  mengabaikan komponen lingkungan, baik biotik maupun abiotik. Selain itu, ekonomi merupakan pusat perhatian antroposentrisme. Lingkungan hidup sering dikorbankan untuk kepentingan ekonomi jangka pendek.

2.    Etika Lingkungan Medium (Biosentrisme)

Teori biosentrisme muncul pada pertengahan abad ke-20. Pandangan biosentrisme mulai melihat bahwa bukan hanya manusia yang memiliki nilai moral tetapi makhluk hidup yang lain juga memiliki nilai moral. Dalam hal ini hewan dan tumbuhan. Namun dalam pandangan biosentrisme, makhluk hidup itu hanya memiliki moral pada dirinya sendiri saja.

Dan kemudian etika biosentrisme juga banyak dikritik karena tidak melihat bahwa unsur-unsur abiotik juga memiliki peran penting. Ketika kita bicara ekologi saja, maka ekologi berbicara tentang timbal balik antara unsur-unsur biotik (hewan dan tumbuhan) dan abiotik (udara,air,tanah, dll). Alam juga perlu diperlakukan secara moral walaupun kita tau itu berguna atau tidak bagi manusia. Sehingga etika tidak hanya dipahami oleh manusia, melainkan makhluk hidup yang lainnya juga.

3.    Etika Lingkungan Dalam (Ekosentrisme)

Etika lingkungan ekosentris mendorong bahwa apa yang dilakukan manusia kepada lingkungan itu juga yang lingkungan berikan pada manusia. Dalam hal ini, cara pandang ekosentris mendorong pada gerakan ekologi dalam. Gerakan ekologi dalam memandang bahwa pembangunan berkelanjutan, bagaimana pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan bagaimana keberlanjutan layanan alam menjadi hal yang penting dalam hal interaksi manusia dengan lingkungan tersebut.

Dari ketiga etika lingkungan antroposentris,biosentris dan ekosentris, kita bisa membedakan mana yang  termasuk ekologi pekat dan ekologi dangkal. Cara pandang ekologi dangkal yaitu hanya bertumpu pada ekonomi yang sifatnya jangka pendek. Sedangkan ekologi pekat lebih jauh bergerak pada ideologi yang bertitik tolak kepada keberlanjutan sistem ekologi.

Jenis-Jenis Etika Lingkungan

Etika lingkungan terbagi menjadi dua yakni etika lingkungan dangkal (sempit) dan etika lingkungan dalam (luas). Selain itu, etika lingkungan juga dapat digolongkan menjadi etika pemeliharaan dan pelestarian. Etika pemeliharaan ditujukan untuk membantu upaya perawatan lingkungan untuk kebutuhan semua makhluk sedangkan etika pelestarian adalah suatu etika yang memprioritaskan pada usaha melestarikan alam untuk kebutuhan manusia.

1.        Etika Lingkungan Dangkal

Etika lingkungan dangkal (sempit) adalah jenis etika lingkungan yang memfokuskan fungsi lingkungan untuk dimanfaatkan sebagai prasarana untuk memenuhi kebutuhan manusia. Sehingga, etika lingkungan dangkal ini bersifat antroposentrisme dan alam sekedar ditujukan sebagai sarana pemenuhan kepentingan hidup manusia.

Etika lingkungan dangkal memfokuskan pada perihal-perihal berikut ini:

a.    Manusia dan alam adalah dua hal yang terpisah.

b.    Memprioritaskan hak-hak manusia terhadap alam namun tidak mementingkan tanggung jawab manusia.

c.    Pedoman utama adalah untung dan rugi.

d.    Peraturan dan pengelolaan sumber daya alam untuk kepentingan manusia.

e.    Memprioritaskan perencanaan jangka pendek.

f.     Memprioritaskan perasaan manusia sebagai pusat keprihatinannya.

g.    Responsif terhadap pertumbuhan ekonomi.

h.    Pencarian solusi atas krisis lingkungan dengan melakukan pengaturan pada jumlah penduduk, khususnya jumlah penduduk di negara-negara miskin.

2.        Etika Lingkungan Dalam

Etika lingkungan dalam (luas) adalah jenis etika lingkungan yang memfokuskan lingkungan sebagai seluruh kehidupan yang saling menunjang satu sama lain, sehingga semua faktor memiliki makna dan pengaruh yang seimbang.  Semua kehidupan mempunyai nilai pengaruh dan oleh karena itu mempunyai hak untuk memperjuangkan harga diri, hak untuk dapat hidup, dan hak untuk dapat berkembang merupakan prinsip yang dimiliki etika lingkungan. Oleh karenanya, manusia ditakdirkan untuk mampu menjaga alam atas kepentingan bersama, baik kepentingan manusia maupun kepentingan lingkungan alam itu sendiri.

Etika lingkungan dalam memfokuskan pada perihal-perihal seperti pada berikut ini:

a.    Manusia sebagai komponen dari alam.

b.    Tetap memprioritaskan hak untuk bisa hidup bagi mahluk lainnya, artinya meskipun dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, namun manusia tidak boleh berbuat sewenang-wenang.

c.    Peraturan pengelolaan lingkungan ditujukan untuk semua mahluk hidup.

d.    Alam harus dilindungi dan tidak boleh dikuasai.

e.    Melindungi keragaman hayati adalah hal yang sangat penting.

f.     Prihatin apabila alam digunakan secara sewenang-wenang.

g.    Menjaga dan menghargai aturan alam.

h.    Memprioritaskan perencanaan jangka panjang sesuai keadaan ekosistem.

i.      Mengomentari pola politik dan ekonomi serta mengajukan opsi pengganti yakni sistem memanfaatkan sekaligus merawat.

Prinsip-Prinsip Etika Lingkungan

Ada beberapa prinsip yang ada di dalam etika lingkungan, yakni sebagai berikut ini:

1.    Prinsip Tanggung Jawab

Manusia mempunyai tanggungjawab terhadap alam semesta untuk menjaga dan merawatnya dengan baik. Tanggungjawab tersebut tidak bersifat individu, melainkan juga bersama-sama dalam menjaga alam beserta semua isinya.

2.    Prinsip Solidaritas

Prinsip yang membangunkan perasaan yang memiliki tanggungjawab yang sama terhadap alam  dan makluk hidup lainnya serta memupuk rasa kekompakan. Sehingga, memicu manusia untuk mememlihara lingkungannya.

3.    Prinsip Kepedulian dan Kasih Sayang

Suatu fakta bahwa seluruh makhluk hidup memiliki hak dilindungi, dirawat, dipelihara, dan tidak dirusak. Oleh karena itu, Manusia sebagai mahluk sempurna diciptakan untuk menyayangi, mencintai, dan melestarikan alam semesta dan semua isinya, tanpa pembedaan dan sikap menguasai yang timbul dari suatu fakta bahwa sebagai bagian dari anggota komunitas lingkungan, Sikap Hormat kepada Alam

Sikap hormat kepada alam adalah pedoman dasar manusia sebagai komponen dari alam dan seluruh isinya. Setiap komponen lingkungan mempunyai tanggungjawab menghormati dan menghargai setiap kehidupan dan semua jenis mahluk hidup serta memelihara hubungan dan kesatuan komunitas lingkungan.

4.    Prinsip “No Harm”

Maksudnya adalah prinsip hidup untuk tidak melakukan perbuatan yang merugikan atau merusak keberlangsungan  mahluk hidup di alam ini. sehingga melindungi, merawat, dan menjaga serta melestarikan alam sudah merupakan kewajiban dan tanggungjawab kita semua.

5.    Prinsip Selaras dengan Alam dan Hidup Sederhana

Maksudnya adalah memfokuskan pada sikap tidak serakah, mengutamakan mutu, nilai, dan arah hidup yang baik,. Ada batasan-batasan untuk hidup selayaknya manusia yang sesuai dengan alam.

6.    Prinsip Keadilan

Prinsip ini memfokuskan pada suatu pernyataan bahwa manusia mempunyai jalan yang sama untuk ikut serta dalam memutuskan peraturan manajemen dan pemanfaatan serta pelestarian keragaman hayati. Masalah yang sering muncul yaitu kepentingan masyarakat bawah yang sangat rentan dan terancam. Hal itu terjadi karena dalam sudut pemanfaatan sumber daya alam, masyarakat modern lebih menguasai dari segi modal, informasi, teknologi, dan sebagainya. Oleh karena itu, prinsip keadilan penting diterapkan kepada manusia dalam rangka pemeliharaan lingkungan hidup.

7.    Prinsip Demokrasi

Prinsip demokrasi berkaitan dengan keanekaragaman dan pluralitas. Sehingga, prinsip ini sangat menghargai adanya keanekaragaman, perbedaan, dan pluralitas. Prinsip ini sangat bermakna dalam pembuatan keputusan mengenai peraturan lingkungan dan terdapat jaminan bagi peraturan yang berpihak pada pentingnya menjaga lingkungan hidup.

8.    Prinsip Kredibilitas Moral

Prinsip kredibilitas moral sebagai acuan para pejabat agar memilki sikap yang terpuji, cinta lingkungan, dan taat kepada prinsip menjaga kepentingan rakyat agar terjamin semua kepentingan hidup rakyatnya.

Penerapan Etika Lingkungan

Etika lingkungan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam pola pembangunan yang berorientasi pada lingkungan hidup. Etika lingkungan harus diterapkan atau diimplementasikan oleh masyarakat dalam kegiatan sehari-harinya agar dapat terciptanya keseimbangan, kelestarian, dan keindahan lingkungan alam sekitar.

Ada beberapa cara dalam mengimplementasikan etika lingkungan, antara lain sebagi berikut:

1.    Membuat dan mengadakan aturan mengenai etika lingkungan dalam melakukan aktifitas sehari-hari di lingkungan sekitar.

Pengadaan aturan mengenai etika lingkungan sangat perlu untuk dilakukan, apalagi jika masyarakat masih belum paham tentang hal tersebut. Pengadaan aturan tersebut juga harus disertai sosialisasi kepada masyarakat, supaya tujuan dari pengadaan aturan tersebut dapat tercapai dan dapat dijalankan dengan optimal.

Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat dilakukan manusia yang berkaitan dengan etika lingkungan.

a.    Melakukan konservasi.

Konservasi merupakan suatu usaha untuk melestarikan lingkungan dengan tetap mempertahankan komponen-komponen yang ada pada lingkungan ataupun alam, sehingga tetap dapat dimanfaatkan di masa sekarang hingga masa yang akan datang. Penerapan konservasi dapat dilakukan dengan cara membatasi sumber daya alam yang ada, masyarakat harus mempunyai kesadaran bahwasanya sumber daya alam yang ada jumlahnya terbatas.

b.    Meyakini bahwasanya manusia juga bagian dari alam.

Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara, tidak melakukan kegiatan eksplitasi Sumber Daya Alam dengan berlebihan, selalu merawat dan menjaga alam dan lingkungan sekitar, melakukan pemulihan atau perbaikan pada kerusakan alam atau lingkungan akibat adanya eksploitasi, dan lain sebagainya.

c.    Penggunaan teknologi yang ramah lingkungan.

Saat ini teknologi ramah lingkungan sudah mulai bermunculan dan mudah ditemui. Misalnya saja penggunaan biogas sebagai pengganti bahan bakar gas alam, lampu seumur hidup, pendingin tanpa listri, dan lain sebagainya.

2.    Peran fungsi pemerintah dan organisasi dalam pengelolaan lingkungan hidup.

Dijelaskan dalam Undang-Undang 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, bahwasanya pemerintah mempunyai kewajiban dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kewajiban pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup telah penulis rangkum sebagai berikut:

1.    Mewujudkan serta meningkatkan kesadaran dan tanggung jawab para pembuat keputusan dan juga masyarakat-dalam-pengelolaan-lingkungan-hidup.

2.    Meningkatkan kemitraan masyarakat dengan dunia usaha dan pemerintah dalam usaha melestarikan daya dukung serta daya tampung lingkungan hidup.

3.    Melakukan pengembangan dan menerapkan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dalam jangka nasional.

4.    Mengembangkan dan menerapkan teknologi yang ramah lingkungan hidup.

5.    Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan di bidang lingkungan hidup serta menyebarluaskannya kepada masyarakat.

6.    Memberikan-penghargaan kepada orang atau lembaga yang berjasa di bidang lingkungan hidup.

Selain peran dari pemerintah, dalam penerapan etika lingkungan hidup juga diperlukan peran dari institusi atau organisasi. Suatu institusi dapat membantu memberikan wawasan lingkungan hidup pada masyarakat sekitar, melakukan penelitian dalam bidang lingkungan hidup dan mengiformasikan hasil penelitiannya pada khalayak, melakukan pengawasan dan control terhadap pemerintah dalam pelaksanaan ndang-undang pengelolaan lingkungan hidup, serta membantu menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dalam masyarakat sekitar.

Permasalahan Yang Berkaitan Dengan Etika Lingkungan

Hingga saat ini, permasalahan sampah dan pencemaran lingkungan masih banyak terjadi. Permasalahan lingkungan tak lepas dari sikap dan prilaku manusia yang kurang peduli dengan lingkungan sekitar. Hal tersebut menandakan masih rendahnya etika lingkungan yang dimiliki oleh masyarakat dan penduduk.

Pada makalah ini, penulis membawa contoh pencemaran lingkungan yang terjadi di daerah Pesisir Pantai Andelan. Daerah Pesisir Pantai Andelan terletak di ujung timur Banyuwangi Utara. Para penduduk yang tinggal di daerah pesisir pantai terbiasa membuang dan menumpuk sampah rumah tangga di belakang rumah mereka yang dekat dengan bibir pantai, sampah-sampah tersebut dibiarkan menumpuk hingga kemudian dibakar. Sebelum sampah-sampah tersebut di bakar, tiupan angin pantai mampu menerbangkan sampah-sampah tersebut sehingga daerah pantainya tercemar oleh sampah-sampah rumah tangga.

Jenis sampah di dominasi oleh jenis sampah rumah tangga, seperti sampah anorganik, anorganik, sampah basah, sampah kering, sampah besar, dan lain sebagainya. Daerah pantai yang tercemar akan menimbulkan terganggunya kestabilan ekosistem, mencemari air pantai sehingga dapat menganggu keberlangsungan hidup ikan dan spesies laut lainnya.

Upaya penerapan etika lingkungan di daerah pesisir yang bisa dilakukan melalui teori pendekatan biosentrisme dan antroposentrisme. Pendekatan mengunakan teori biosentrisme dapat dilakukan dengan upaya tidak membuang sampah sembarangan serta melakukan pengelolaan sampah dengan benar. Sedangkan upaya penerapan dengan menggunakan teori etika lingkungan antroposentrisme dapat dilakukan juga dengan tidak membuang sampah sembarangan, melakukan konservasi di wilayah pesisir seperti konservasi ikan, terumbu karang, mangrove dan lain sebagainya.



Referensi

A Azhar, M. B. (2015). Hubungan Pengetahuan danEtika Lingkungan dengan sikap dan perilaku menjaga kelestarian lingkungan . jurnal ilmu lingkungan.

Atikawati, D., T. Gunawan, Sunarto. 2019. Penerapan etika lingkungan dalam pengelolaan wilayah kepesisiran tuban. Jurnal Geografi. 17(1): 1-10.

Atok Miftahul Hudha, H. (2015). Etika Lingkungan (Teori dan Praktik Pembelajarannya). Malang: UMM Press.

Barus, E. 2016. Makalah Etika Lingkungan. http://elvinabarus1110.blogspot.com/2016/02/makalah-etika-lingkungan. html [Diakses pada 7 Oktober 2020].

Darmawan, D., Z. Muhammad, E. Oktaviani, A, N. Fauziah. 2018. Penanaman Etika Lingkungan Sungai Pada Siswa Sdn 02 Cikalang Kota Tasikmalaya (Melalui Gerakan Anak Cinta Sungai). Prosiding Seminar Nasional Geografi UMS IX 2018. 341-348.

Dr. Indrajani, M.Sc. dkk. 2020. Pengantar Ilmu Lingkungan. Bandung : Widina Bhakti Persada.

Hidayatullah, S. 2018. Implementasi Etika Lingkungan Dalam Pembangunan Lingkungan Hidup. https://www.researchgate.net/publication/329502813_IMPLEMENTASI_ETIKA_LINGKUNGAN_DALAM_PEMBANGUNAN_LINGKUNGAN_HIDUP. [Diakses pada 7 Oktober].

Keraf, A. S. 2002. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta : PT Kompas Media Nusantara.

marfai, m. a. (2019). Pengantar Etika dan Kearifan Lokal. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Rusdina, A. (2015). membumikan etika lingkungan bagi upaya membudayakan pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. jurnal istek.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1997.  Pengelolaan Lingkungan Hidup. 19 September 1997. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3699. Jakarta.