Pages

Saturday 27 January 2018

SEJARAH : ORGANISASI KEMASYARAKATAN JEPANG



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Pada zaman Jepang, bangsa Indonesia dilarang membentuk organisasi sendiri. Akan tetapi, jepang sendiri yang membentuk organisasi-organisasi bagi rakyat Indonesia dengan maksud dipersiapkan untuk membantu jepang jika sewaktu-waktu dibutuhkan untuk menghadapi pasukan sekutu. sementara para tokoh Indonesia mencoba  memanfaatkan organisasi itu untuk kepentingan perjuangan. Hal ini juga tampak berhubungan dengan perkembangan pandangan sikap para tokoh Indonesia dalam menghadapi pendudukan Jepang. Banyak di antara para tokoh Indonesia yang mencoba memanfaatkan masa pendudukan Jepang untuk melanjutkan perjuangan menuju kemerdekaan. Mereka mengambil sikap dan strategi bekerja sama dengan Jepang.

1.2.Rumusan masalah
1.2.1.       Apa yang dimaksud Gerakan 3A?
1.2.2.       Apa yang dimaksud Putera?
1.2.3.       Apa yang dimaksud MIAI dan Masyumi?
1.2.4.       Apa yang dimaksud Jawa Hokokai?

1.3.            metode penulisan
1.3.1.      pengumpulan data
Media Elektronik :
·           www.Sibab4. Blogspot.com/p/organisasi-yang-bersifat-sosial.html?/
·           www.id.m.wikipedia.org/wiki/Tiga_A
·           www.id.m.wikipedia.org/wiki/jawa_hokokai
·           www.id.m.wikipedia.org/wiki/ masyumi
·           www.id.m.wikipedia.org/wiki/sejarah_nusantara_(1942%25E2%2580%25931945)
Media Cetak:
·           Buku paket siswa sejarah Indonesia kelas XI semester genap, kurtilas edisi revisi 2017

1.3.2.      pengolah data
Dari semua sumber informasi yang kami dapatkan kami bahas dan kami uraikan secara deskriptif.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Gerakan 3A
Tiga A adalah propaganda Kekaisaran Jepang pada masa Perang Dunia II yaitu "Nippon Pemimpin Asia", "Nippon Pelindung Asia" dan "Nippon Cahaya Asia". Gerakan Tiga A didirikan pada tanggal 29 Maret 1942. Pelopor gerakan Tiga A ialah Shimizu Hitoshi. Ketua Gerakan Tiga A dipercayakan kepada Mr. Syamsuddin. Gerakan Tiga A bukanlah gerakan kebangsaan Indonesia. Gerakan ini lahir semata - mata untuk memikat hati dan menarik simpati bangsa Indonesia agar mau membantu Jepang. Gerakan Tiga A pertama kali melakukan kegiatan di Surabaya.
Jepang berusaha agar perkumpulan ini menjadi wadah propaganda yang efektif. Oleh karena itu, di berbagai daerah dibentuk komite-komite. Sejak bulan Mei 1942, perhimpunan itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat melalui media massa. Di dalam Gerakan Tiga A juga dibentuk subseksi Islam yang disebut “Persiapan Persatuan Umat Islam”. Subseksi Islam dipimpin oleh Abikusno Cokrosuyoso. Ternyata sekalipun dengan berbagai upaya, Gerakan Tiga A ini kurang mendapat simpati dari rakyat. Gerakan Tiga A hanya berumur beberapa bulan saja. Jepang menilai perhimpunan itu tidak efektif. Bulan Desember 1942 Gerakan Tiga A dinyatakan gagal. Oleh karena kurang berhasil menggerakkan rakyat Indonesia dalam membantu usaha tentara Jepang, maka gerakan ini dibubarkan pada tahun 1943 dan digantikan oleh Putera. .




2.2. PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)
Pusat Tenaga Rakyat atau Putera adalah organisasi yang dibentuk pemerintah Jepang di Indonesia pada 16 April 1943 dan dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir.Soekarno M.Hatta, Ki Hajar Dewantoro dan K.H Mas Mansyur.
Propaganda Tiga A yang disebarluaskan oleh Jepang untuk mencari dukungan rakyat Indonesia ternyata tidak membuahkan hasil memuaskan, karena rakyat justru merasakan tindakan tentara Jepang yang kejam seperti dalam kerja paksa romusha.
Dukungan rakyat terhadap Jepang memang tidak seperti awal kedatangannya. Hal ini terjadi karena sikap dan tindakan Jepang yang berubah. Jepang mulai melarang pengibaran bendera Merah Putih dan yang boleh dikibarkan hanya bendera Hinomaru serta mengganti Lagu Indonesia Raya dengan lagu Kimigayo. Jepang mulai membiasakan mengganti kata-kata banzai (selamat datang) dengan bakero (bodoh). Masyarakat mulai tidak simpati terhadap Jepang.“Saudara tua” tidak seperti yang mereka janjikan.
Oleh sebab itu pemerintah Jepang berupaya mencari dukungan dari para pimpinan rakyat Indonesia dengan cara membebaskan tokoh-tokoh pergerakan nasional antara lain Soekarno, Hatta dan Syahrir serta merangkul mereka dalam bentuk kerjasama. Jepang kemudian mendirikan organisasi pemuda, Pemuda Asia Raya di bawah pimpinan Sukardjo Wiryopranoto. Organisasi itu juga tidak mendapat sambutan rakyat. Jepang kemudian membubarkan organisasi itu.
Sementara perkembangan Perang Asia Timur Raya mulai memojokkan Jepang. Kekalahan Jepang di berbagai medan pertempuran telah menimbulkan rasa tidak percaya dari rakyat. Oleh karena itu, Jepang harus segera memulihkan keadaan. Jepang harus dapat bekerja sama dengan tokoh-tokoh nasionalis terkemuka, antara lain Sukarno dan Moh. Hatta. Karena Sukarno masih ditahan di Padang oleh pemerintah Hindia Belanda, maka segera dibebaskan oleh Jepang. Pada tanggal 9 Juli 1942 Sukarno sudah berada di Jakarta dan bergabung dengan Moh. Hatta.
Jepang ingin membentuk organisasi massa yang dapat bekerja untuk menggerakkan rakyat. Bulan Desember 1942 dibentuk panitia persiapan untuk membentuk sebuah organisasi massa. Kemudian Sukarno, Hatta, K.H. Mas Mansyur, dan Ki Hajar Dewantara dipercaya untuk membentuk gerakan baru. Gerakan itu bernama Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dibentuk tanggal16 April 1943. Mereka kemudian disebut sebagai empat serangkai. Sebagai ketua panitia adalah Sukarno.
Menurut struktur organisasinya, Putera memiliki pimpinan pusat dan pimpinan daerah. Pimpinan pusat dikenal sebagai Empat Serangkai. Kemudian pimpinan daerah dibagi, sesuai dengan tingkat daerah, yakni tingkat syu, ken, dan gun. Putera juga mempunyai beberapa penasihat yang berasal dari orang-orang Jepang. Mereka adalah S. Miyoshi, G. Taniguci, Iciro Yamasaki, dan Akiyama.
Tujuan Putera adalah untuk membangun dan menghidupkan kembali segala sesuatu yang telah dihancurkan oleh Belanda, membujuk kaum Nasionalis dan intelektual untuk mengabdikan pikiran dan tenaganya untuk kepentingan perang melawan Sekutu dan diharapkan dengan adanya pemimpin orang Indonesia, maka rakyat akan mendukung penuh kegiatan ini.
Menurut Jepang, Putera bertugas untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia guna membantu Jepang dalam perang. Di samping tugas di bidang propaganda, Putera juga bertugas memperbaiki bidang sosial ekonomi.
Latar belakang gerakan putera berhubungan dengan gerakan BPUPKI dan kemerdekaan karena gerakan putera dan BPUPKI dibentuk oleh pemerintah jepang, dan orang orang yang ada di BPUPKI adalah orang orang yang ada di gerakan putera. hubungannya adalah tidak resmi,karna apabila hubungan itu resmi,maka jepang mengetahui rencana para pahlawan untuk memerdekakan indonesia..
Pada awal berdirinya Putera, cepat mendapatkan sambutan dari organisasi massa yang ada. Misalnya dari Persatuan Guru Indonesia; Perkumpulan Pegawai Pos Menengah; Pegawai Pos Telegraf Telepon dan Radio; serta Pengurus Besar Istri Indonesia di bawah pimpinan Maria Ulfah Santoso. Dari kalangan pemuda terdapat sambutan dari organisasi Barisan Banteng dan dari kelompok pelajar terdapat sambutan dari organisasi Badan Perantaraan Pelajar Indonesia serta Ikatan Sport Indonesia. Mereka semua bergabung ke dalam Putera.
Putera pun berkembang dan bertambah kuat. Sekalipun di tingkat daerah tidak berkembang baik, namun Putera telah berhasil mempersiapkan rakyat secara mental bagi kemerdekaan Indonesia. Melalui rapat-rapat dan media massa, pengaruh Putera semakin meluas. Perkembangan Putera akhirnya menimbulkan kekhawatiran di pihak Jepang. Oleh karena itu, Putera telah dimanfaatkan oleh pemimpin-pemimpin nasionalis untuk mempersiapkan ke arah kemerdekaan, tidak digunakan sebagai usaha menggerakkan massa untuk membantu Jepang. Ternyata sikap dan tindakan para pemimpin nasionalis ini tercium juga oleh penguasa Jepang, maka pada tahun 1944 Putera dinyatakan bubar oleh Jepang. Melalui badan propaganda Jepang ini Bahasa Indonesia mulai tersebar di kalangan masyarakat Indonesia sekaligus pula membuat nasionalisme Indonesia semakin kuat.
2.3. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) dan Majelis Syura Muslimin (Masyumi)
  1. Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI)
Apa itu MIAI?
Majelis Islam A'la Indonesia atau MIAI adalah badan federasi bagi ormas Islam yang dibentuk dari hasil pertemuan 18-21 September 1937. KH Hasyim Asy'ari merupakan pencetus badan kerja sama ini, sehingga menarik hati kalangan modernis seperti KH Mas Mansur dari Muhammadiyah dan Wondoamiseno dari Syarekat Islam.
MIAI mengoordinasikan berbagai kegiatan dan menyatukan umat Islam menghadapi politik Belanda seperti menolak undang-undang perkawinan dan wajib militer bagi umat Islam. KH Hasyim Asy'ari menjadi ketua badan legislatif dengan 13 organisasi tergabung dalam MIAI.MIAI dapat berkembang menjadi organisasi besar yang mendapat simpati dari seluruh umat islam Indonesia sehingga Jepang mulai mengawasi kegiatannya.
Awal Mula MIAI Diaktifkan Kembali
Berbeda dengan pemerintah Hindia Belanda yang cenderung anti terhadap umat Islam, Jepang lebih ingin bersahabat dengan umat Islam di Indonesia. Jepang sangat memerlukan kekuatan umat Islam untuk membantu melawan Sekutu. Oleh karena itu, sebuah organisasi Islam MIAI yang cukup berpengaruh pada masa pemerintah kolonial Belanda, mulai dihidupkankembali oleh pemerintah pendudukan Jepang. Pada tanggal 4 September 1942 MIAI diizinkan aktif kembali. Dengan demikian, MIAI diharapkan segera dapat digerakkan sehingga umat Islam di Indonesia dapat dimobilisasi untuk keperluan perang.
Dengan diaktifkannya kembali MIAI, maka MIAI menjadi organisasi pergerakan yang cukup penting di zaman pendudukan Jepang. MIAI menjadi tempat bersilaturakhim, menjadi wadah tempat berdialog, dan bermusyawarah untuk membahas berbagai hal yang menyangkut kehidupan umat, dan tentu saja bersinggungan dengan perjuangan. MIAI senantiasa menjadi organisasi pergerakan yang cukup diperhitungkan dalam perjuangan membangun kesatuan dan kesejahteraan umat. Semboyan yang terkenal adalah “berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali Allah dan janganlah berpecah belah”. Dengan demikian, pada masa pendudukan Jepang, MIAI berkembang baik. Kantor pusatnya semula di Surabaya kemudian pindah ke Jakarta.
Adapun tugas dan tujuan MIAI waktu itu adalah sebagai berikut.
1)      Menempatkan umat Islam pada kedudukan yang layak dalam masyarakat Indonesia.
2)      Mengharmoniskan Islam dengan tuntutan perkembangan zaman.
3)      Ikut membantu Jepang dalam Perang Asia Timur Raya.
Untuk merealisasikan tujuan dan melaksanakan tugas itu, MIAI membuat program yang lebih menitikberatkan pada program-program yang bersifat sosio-religius. Secara khusus program-program itu akan diwujudkan melalui rencana sebagai berikut:
1)      pembangunan masjid Agung di Jakarta,
2)      mendirikan universitas, dan
3)      membentuk baitulmal.
Dari ketiga program ini yang mendapatkan lampu hijau dari Jepang hanya program yang ketiga.

MIAI terus mengembangkan diri di tengah-tengah ketidakcocokan dengan kebijakan dasar Jepang. MIAI menjadi tempat pertukaran pikiran dan pembangunan kesadaran umat agar tidak terjebak pada perangkap kebijakan Jepang yang semata-mata untuk memenangkan perang Asia Timur Raya. Pada bulan Mei 1943, MIAI berhasil membentuk Majelis Pemuda
yang diketuai oleh Ir. Sofwan dan juga membentuk Majelis Keputrian yang dipimpin oleh Siti Nurjanah. Bahkan dalam mengembangkan aktivitasnya, MIAI juga menerbitkan majalah yang disebut “Suara MIAI”.
Keberhasilan program baitulmal, semakin memperluas jangkauan perkembangan MIAI. Dana yang terkumpul dari program tersebut semata-mata untuk mengembangkan organisasi dan perjuangan di jalan Allah, bukan untuk membantu Jepang.
Pembubaran MIAI
Arah perkembangan MIAI ini mulai dipahami oleh Jepang sebagai organisasi yang tidak memberi konstribusi terhadap Jepang. Hal tersebut tidak sesuai dengan harapan Jepang sehingga pada November 1943 MIAI dibubarkan. Sebagai penggantinya, Jepang membentuk Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Harapan dari pembentukan majelis ini adalah agar Jepang dapat mengumpulkan dana dan dapat menggerakkan umat Islam untuk menopang kegiatan perang Asia Timur Raya.


  1. Majelis Syura Muslimin (Masyumi)
Ketua Masyumi ini adalah Hasyim Asy’ari dan wakil ketuanya dijabat oleh Mas Mansur dan Wahid Hasyim. Orang yang diangkat menjadi penasihat dalam organisasi ini adalah Ki Bagus Hadikusumo dan Abdul Wahab.
Masyumi sebagai induk organisasi Islam, anggotanya sebagian besar dari para ulama. Dengan kata lain, para ulama dilibatkan dalam kegiatan pergerakan politik. Masyumi cepat berkembang, di setiap karesidenan ada cabang Masyumi. Oleh karena itu, Masyumi berhasil meningkatkan hasil bumi dan pengumpulan dana.
Dalam perkembangannya, tampil tokoh-tokoh muda di dalam Masyumi antara lain Moh. Natsir, Harsono Cokroaminoto, dan Prawoto Mangunsasmito. Perkembangan ini telah membawa Masyumi semakin maju dan warna politiknya semakin jelas. Masyumi berkembang menjadi wadah untuk bertukar pikiran antara tokoh-tokoh Islam dan sekaligus menjadi tempat penampungan keluh kesah rakyat. Masyumi menjadi organisasi massa yang pro rakyat, sehingga menentang keras adanya romusa. Masyumi menolak perintah Jepang dalam pembentukannya sebagai penggerak romusa. Dengan demikian Masyumi telah menjadi organisasi pejuang yang membela rakyat.
Sikap tegas dan berani di kalangan tokoh-tokoh Islam itu akhirnya dihargai Jepang. Sebagai contoh, pada suatu pertemuan di Bandung, ketika pembesar Jepang memasuki ruangan, kemudian diadakan acara seikerei (sikap menghormati Tenno Heika dengan membungkukkan badan sampai 90 derajat ke arah Tokyo) ternyata ada tokoh yang tidak mau melakukan seikerei, yakni Abdul Karim Amrullah (ayah Hamka). Akibatnya, muncul ketegangan dalam acara itu. Namun, setelah tokoh Islam itu menyatakan bahwa seikerei bertentangan dengan Islam, sebab sikapnya seperti orang Islam rukuk waktu sholat. Menurut orang Islam rukuk hanya semata-mata kepada Tuhan dan menghadap ke kiblat. Dari alasan itu, akhirnya orang-orang Islam diberi kebebasan untuk tidak melakukan seikerei.
Sejarah Singkat
Masyumi pada awalnya didirikan 24 Oktober 1943 sebagai pengganti MIAI (Madjlisul Islamil A'laa Indonesia) karena Jepang memerlukan suatu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga agama Islam. Meskipun demikian, Jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai Islam yang telah ada pada zaman Belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola pikir modern, sehingga pada minggu-minggu pertama, Jepang telah melarang Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII) dan Partai Islam Indonesia (PII). Selain itu Jepang juga berusaha memisahkan golongan cendekiawan Islam di perkotaan dengan para kyai di pedesaan. Para kyai di pedesaan memainkan peranan lebih penting bagi Jepang karena dapat menggerakkan masyarakat untuk mendukung Perang Pasifik, sebagai buruh maupun tentara. Setelah gagal mendapatkan dukungan dari kalangan nasionalis di dalam Putera (Pusat Tenaga Rakyat), akhirnya Jepang mendirikan Masyumi.
Masyumi pada zaman pendudukan Jepang belum menjadi partai namun merupakan federasi dari empat organisasi Islam yang diizinkan pada masa itu, yaitu Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persatuan Umat Islam, dan Persatuan Umat Islam Indonesia.[12] Setelah menjadi partai, Masyumi mendirikan surat kabar harian Abadi pada tahun 1947.
Nahdlatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi massa Islam yang sangat berperan dalam pembentukan Masyumi. Tokoh NU, KH Hasyim Asy'arie, terpilih sebagai pimpinan tertinggi Masyumi pada saat itu. Tokoh-tokoh NU lainnya banyak yang duduk dalam kepengurusan Masyumi dan karenanya keterlibatan NU dalam masalah politik menjadi sulit dihindari. Nahdlatul Ulama kemudian ke luar dari Masyumi melalui surat keputusan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) pada tanggal 5 April 1952 akibat adanya pergesekan politik di antara kaum intelektual Masyumi yang ingin melokalisasi para kiai NU pada persoalan agama saja. Hubungan antara Muhammadiyah dengan Masyumi pun mengalami pasang-surut secara politis dan sempat merenggang pada Pemilu 1955. Muhammadiyah pun melepaskan keanggotaan istimewanya pada Masyumi menjelang pembubaran Masyumi pada tahun 1960.

2.4. Jawa Hokokai
Himpunan Kebaktian Rakjat Djawa merupakan perkumpulan yang dibentuk oleh Jepang pada 1 Maret 1944 sebagai pengganti Putera. Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan berada langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang. Pemimpin tertinggi perkumpulan ini adalah Gunseikan dan Soekarno menjadi penasihat utamanya.
Jawa Hokokai adalah organisasi pusat yang anggota-anggotanya terdiri atas bermacam-macam hokokai (himpunan kebaktian) sesuai dengan bidang profesinya. Misalnya Kyoiku Hokokai (kebaktian para pendidik guru-guru) dan Isi Hokokai (wadah kebaktian para dokter). Jawa Hokokai juga mempunyai anggota istimewa, seperti Fujinkai (organisasi wanita), dan Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan). Di dalam membantu memenangkan perang, Jawa Hokokai telah berusaha antara lain dengan pengerahan tenaga dan memobilisasi potensi sosial ekonomi, misalnya dengan penarikan hasil bumi sesuai dengan target yang di tentukan. Perkumpulan ini adalah pelaksana pengerahan atau mobilisasi (penggerakan) barang yang berguna untuk kepentingan perang. Keanggotaan Jawa Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun.
Tahun 1944, situasi Perang Asia Timur Raya mulai berbalik, tentara Sekutu dapat mengalahkan tentara Jepang di berbagai tempat. Hal ini menyebabkan kedudukan Jepang di Indonesia semakin mengkhawatirkan. Oleh karena itu, Panglima Tentara ke-16, Jenderal Kumaikici Harada membentuk organisasi baru yang diberi nama Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian Jawa). Untuk menghadapi situasi perang tersebut, Jepang membutuhkan persatuan dan semangat segenap rakyat baik lahir maupun batin. Rakyat diharapkan memberikan darma baktinya terhadap pemerintah demi kemenangan perang. Kebaktian yang dimaksud memuat tiga hal:
1)      mengorbankan diri,
2)      mempertebal persaudaraan, dan
3)      melaksanakan suatu tindakan dengan bukti.
Susunan dan kepemimpinan organisasi Jawa Hokokai berbeda dengan Putera. Jawa Hokokai benar-benar organisasi resmi pemerintah. Oleh karena itu, pimpinan pusat Jawa Hokokai sampai pimpinan daerahnya langsung dipegang oleh orang Jepang. Pimpinan pusat dipegang oleh Gunseikan, sedangkan penasihatnya adalah Ir. Sukarno dan Hasyim Asy’ari. Di tingkat daerah (syu/shu) dipimpin oleh Syucokan/Shucokan dan seterusnya sampai daerah ku (desa) oleh Kuco (kepala desa/lurah), bahkan sampai gumi di bawah pimpinan Gumico.
Dengan demikian, Jawa Hokokai memiliki alat organisasi sampai ke desa-desa, dukuh, bahkan sampai tingkat rukun tetangga (Gumiatau Tonarigumi). Tonarigumi dibentuk untuk mengorganisasikan seluruh penduduk dalam kelompok-kelompok yang terdiri atas 10-20 keluarga. Para kepala desa dan kepala dukuh serta ketua RT bertanggung jawab atas kelompok masing-masing.
Adapun program-program kegiatan Jawa Hokokai sebagai berikut:
1)      melaksanakan segala tindakan dengan nyata dan ikhlas demi pemerintah Jepang
2)      memimpin rakyat untuk mengembangkan tenaganya berdasarkan semangat persaudaraan, dan
3)      memperkokoh pembelaan tanah air

Organisasi Jawa Hokokai ini tidak berkembang di luar Jawa, sehingga Golongan nasionalis di luar Jawa kurang mendapatkan wadah. Penguasa di luar Jawa seperti di Sumatra berpendapat bahwa di Sumatra terdapat banyak suku, bahasa, dan adat istiadat, sehingga sulit dibentuk organisasi yang besar dan memusat, kalau ada hanya lokal di tingkat daerah saja. Dengan demikian, organisasi Jawa Hokokai ini juga dapat berkembang sesuai yang diinginkan Jepang.




BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
            Jepang membentuk Organisasi-organisasi kemasyarakatan bertujuan untuk menarik simpati dari rakyat Indonesia. Banyak tokoh-tokoh nasionalis yang diangkat ke dalam organisasi tersebut semata-mata hanya sebagai penggerak supaya rakyat Indonesia pro dengan organisasi yang dibentuk jepang. Hal ini dijadikan kesempatan oleh tokoh-tokoh nasionalis untuk menggerakkan rakyat menuju kemerdekaan Indonesia yang sebenarnya bukanlah tujuan dari terbentuknya organisasi-organisasi tersebut yang tidak lain untuk membantu jepang.
3.2. Saran
            Penulis berharap supaya kita sebagai generasi dari bangsa Indonesia dapat memahami peristiwa sejarah mengenai penjajahan jepang di Indonesia. Dari makalah ini kita bisa mengambil pelajaran untuk menggunakan setiap kesempatan yang ada sebagai peluang menuju keberhasilan seperti yang dilakukan oleh para tokoh-tokoh nasionalis yang menggunakan organisasi-organisasi jepang untuk mempersiapkan keme

BIN: Materi, Soal, dan Jawaban TEKS CERPEN

BAB IV

CERPEN (Cerita Pendek)

4.1.     Pengertian Cerpen

Cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa, yang mengisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang mengharukan dan menyenangkan, serta mengandung pesan yang tidak mudah dilupakan. Sedangkan Pengertian Cerpen Menurut Ahli, Jakob Sumardjo (2004: 10) : Cerita pendek adalah cerita atau narasi (bukan analisa argumentatif) yang fiktif (tidak benar- benar terjadi tapi bisa terjadi kapan saja dan di mana saja) serta relatif pendek. Dan cerita fiktif yang pendek berdasarkan realitas tersebut hanya mengandung satu kejadian untuk satu efek bagi pembaca.

4.2.     Unsur Intrinsik dan Ektrinsik Cerpen

Unsur Intrinsik adalah suatu unsur yang menyusun suatu karya sastra dari dalam yang mewujudkan struktur sebuah karya sastra. sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada diluar karya sastra yang dapat dijadikan pembentuk sebuah karya sastra. Jadi secara singkat unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam teks cerpen sedangkan unsur ektrinsik adalah unsur yang terdapat diluar teks cerpen.
4.2.1.    Unsur intrinsik cerpen
Unsur intrinsik yang menyusun suatu cerpen terdiri dari tema cerita, alur cerita atau plot, latar, penokohan dan sudut pandang, secara lengkap dan dijelaskan sebagai berikut:
1.     Tema cerita
Tema biasanya dalam karya sastra bersifat mengikat dan Tema merupakan suatu gagasan pokok atau ide pikiran tentang suatu hal, salah satunya dalam membuat suatu tulisan, Tema disaring dari motif-motif yang terdapat dalam karya yang bersangkutan yang menentukan hadirnya peristiwa-peristiwa, konflik, dan situasi tertentu. 
2.     Alur Cerita atau plot
Plot atau alur adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi. Dengan demikian, plot merupakan perpaduan unsur-unsur yang membangun cerita sehingga menjadi kerangka utama cerita. Plot biasanya berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab-akibat, peristiwa yang disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain.
Secara garis besar urutan alur atau plot yaitu perkenalan - kemudian mucul sebuah konflik atau masalah - peningkatan masalah atau konflik - puncak masalah (klimaks) - kemudian penurunan masalah atau konflik - dan yang terakhir adalah penyelesaian masalah.
3.     Penokohan
Dalam sebuah cerita pendek sering melibatkan istilah-istilah seperti tokoh dan penokohan, watak dan perwatakan, atau karakter dan karakterisasi secara bergantian dengan menunjuk pengertian yang hampir sama. Penokohan adalah cara pengarang menggambarkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Sementara tokoh adalah orang/pelaku yang berperan dalam cerita
Penokohan sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan, dan bagaimana penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca. Penokohan sekaligus menunjuk pada teknik perwujudan dan pengembangan tokoh dalam sebuah cerita.
Metode penokohan tersebut 2 yaitu dengan metode analitik dan metode dramatik.
Metode analitik adalah metode penokohan yang dicerminkan atau dipaparkan secara langsung. seperti sadis, pemarah, keras kepala dan lain-lain. Sedangkan metode dramatik adalah metode penokohan yang dicerminkan atau dipaparkan secara tidak langsung, atau pengambaran sifat melalui penggambaran fisik, dialog antar tokoh dll.
Penampilan tokoh juga dibagi menjadi 2 yaitu protagonis dan antagonis. Tokoh protagonis adalah tokoh yang memerankan/memiliki watak baik, jujur, dapat dipercaya, cepat tanggap dan lain-lain (lebih jelas tokoh ini berwatak baik-baik). Jika tokoh antagonis adalah tokoh yang memerankan/memiliki watak jelek ( pendendam, jahat, sombong dan lain-lain).
4.     Latar
Sebuah cerita pada hakikatnya ialah peristiwa atau kejadian yang menimpa atau dilakukan oleh satu atau beberapa orang tokoh pada suatu waktu tertentu dan pada tempat tertentu. Lantas apa itu latar di dalam cerpen? Latar adalah keterangan mengenai ruang, waktu serta suasana terjadinya peristiwa-peristiwa didalam suatu karya sastra. Atau definisi latar yang lainnya adalah unsur intrinsik pada karya sastra yang meliputi ruang, waktu serta suasana yang terjadi pada suatu peristiwa didalam karya sastra seperti misalnya:
a)     Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
b)    Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu
c)     Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.
d)    Latar Suasana
Latar suasana berkaitan dengan perasaan atau suasana kejadian peristiwa dalam cerpen itu terjadi.
5.     Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya. Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita: 
a)     Sudut pandang orang pertama. sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita.
b)    Sudut pandang orang ketiga.  sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita.
c)     Sudut pandang pengamat serba tahu. Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh.
d)    Sudut pandang campuran (sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang pertama.
6.     Amanat
Amanat adalah sebuah pesan atau harapan seorang penulis cerita kepada pembaca agar pembaca mau bertindak atau melakukan sesuatu.
7.     Gaya Penceritaan
Gaya penceritaan itu dapat dilihat dari segi bahasa dan nada. Dari segi bahasa, kalian bisa mencermati adakah kekhasan dari sebuah cerpen itu dalam pemilihan sebuah gaya bahasa (majas), ungkapan yang digunakan. Jika dari segi nada kalian dapat mencermati apakah ada kesan nada yang menimbulkan rasa romantis, simpatik dan sebagainya dalam cerpen tersebut.

4.2.2.    Unsur Ektrinsik Cerpen

Selain unsur intrinsik di dalam sebuah cerpen juga terdapat unsur ektrinsik atau unsur-unsur yang berada diluar karya sastra yang dapat dijadikan pembentuk sebuah karya sastra, biasanya selalu menyangkut sebuah latar belakang, meliputi latar belakang masyarakat, nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen itu sendiri dan juga latar belakang masyarakat. Unsur ektrinsik sebuah cerpen secara lengkap adalah sebagai berikut:

1.     Latar belakang  masyarakat

Latar belakang masyarakat merupakan unsur yang mempengaruhi cerpen berupa faktor-faktor di dalam lingkungan masyarakat dimana penulis berada sehingga berpengaruh terhadap penulis itu sendiri. Diantara latar belakang yang mempengaruhi penulis dalam menulis cerpen adalah;
a)     Ideologi suatu negara, konsisi ideologi suatu negara sangat mempengarui hasil karya sastra, diantaranya cerpen. Setiap negara yang mempunyai ideologi yang berbeda akan melahirkan hasil karya sastra yang berbeda pula.
b)    Kondisi politik suatu negara, konsisi politik suatu negara atau wilayah akan sangat mempengaruhi hasil sebuah karya sastra, semisal cerpen. Misalnya, pergolakan konsisi polikit dalam suatu waktu akan mempengaruhi hasil sebuah karya sastra. 
c)     Kondisi ekonomi suatu negara, kondisi perekonomian sebuah bangsa atau negara juga akan ikut berpengaruh terhadap hasil dari sebuah karya sastra termasuk karya sastra cerpen.
d)    Konsisi sosial suatu negara, Selain kondisi ideologi, politik dan perekonomian suatu negara, kondisi sosial juga akan mempengaruhi hasil sebuah karya sastra.

2.     Biografi pengarang atau latar belakang penulis

Latar belakang penulis adalah faktor-faktor yang terdapat dari dalam diri pengarang itu sendiri yang memotivasi atau mempengaruhi penulis dalam menulis sebuah cerpen. Latar belakang penulis terdiri dari beberapa faktor, antara lain:
a)     Aliran sastra penulis, aliran sastra merupakan agama bagi seorang penulis dan setiap penulis memiliki aliran sastra yng berbeda-beda. Hal ini sangat berpengaruh jug terhadap gaya penulisan dan genre cerita yang biasa diusung oleh sang penulis di dalam karya-karyanya.
b)    Riwayat hidup sang penulis,  Riwayat hidup sang penulis berisi tentang biografi sang penulis secara keseluruhan. Faktor ini akan mempengaruhi jalan pikir penulis atau sudut pandang mereka tentang suatu cerpen yang dihasilkan dari pengalaman-pengalaman hidup mereka. Kadang-kadang faktor ini mempengaruhi gaya bahasa dan genre khusus seorang penulis cerpen.
c)     Kondisi psikologis, Kondisi psikologis merupakan mood atau motivasi seorang penulis ketika menulis cerita. Mood atau psikologis seorang penulis ikut mempengaruhi apa yang ada di dalam cerita mereka, misalnya jika mereka sedang sedih atau gembira mereka akan membuat suatu cerita sedih atau gembira pula.

3.     Nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen

Unsur ektrinsik yang ke 3 yang terdapat di dalam sebuah cerpen adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerpen itu sendiri yang meliputi:
a)     Nilai moral
 Nilai moral adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam cerita dan berkaitan dengan akhlak atau etika yang berlaku di dalam masyarakat. Di dalam suatu cerpen, nilai moral bisa menjadi suatu nilai yang baik maupun nilai yang buruk.
b)    Nilai budaya
Nilai budaya adalah nilai-nilai yang berkenaan dengan nilai-nilai kebiasaan, tradisi, adat istiadat yang berlaku.
c)      Nilai agama
 Nilai agama adalah hal-hal yang bisa dijadikan pelajaran yang terkandung di dalam cerpen yang berkaitan dengan ajaran agama.


d)    Nilai social
Nilai sosial adalah nilai yang bisa dipetik dari interaksi-interaksi tokoh-tokoh yang ada di dalam cerpen dengan tokoh lain, lingkungan dan masyarakat sekitar tokoh.

4.3.     Isi Cerpen

Untuk lebih memahami isi sebuah cerpen maka kita perlu mengetahui struktur isi yang biasa dilibatkan dalam sebuah cerpen, sebagai berikut:
a.     ABSTRAK: ringkasan/inti cerita, dalam cerpen abstrak ini sifatnya opsional boleh di libatkan atau tidak, tidak jadi masalah
b.     ORIENTASI: pengenalan latar cerita atau bagian pendahuluan dalam sebuah cerita, baik pengenalan sifat tokoh tempat terjadinya peristiwa dalam cerita, maupun pengenalan suasana dalam cerita.
c.      KOMPLIKASI: bagian yang memuat masalah konflik dalam cerita,  masalah mulai timbul karena sebab-akibat rangkaian peristiwa, kemudian sampai pada klimaks
d.     EVALUASI: penurunan masalah yaitu struktur konflik yang terjadi yang mengarah pada klimaks mulai mendapatkan penyelesaian dari konflik tersebut.
e.      RESOLUSI: penyelesaian masalah yaitu struktur teks yang mengungkapkan solusi yang dialami tokoh atau pelaku.
f.       KODA: pelajaran yang bisa dipetik dari cerita oleh si pembaca, koda ini sifatnya opsional boleh dilibatkan atau pun tidak



SOAL!
Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang  ( x )  huruf A, B, C, D, E pada soal berikut ini!

1.  Perhatikan kutipan cerpen berikut!
Setibanya pak Usman di restoran kecil sepulang dari sekolah, larasati segera memulai pembicaraan.
“sebelum membicarakan soal Diah, saya perlu menjelaskan menggapa saya tidak mau membicarakan hal ini di sekolah karena saya ingin saya bicarakan adalah masalah yang harus diselesaikan dengan kacamata kemanusiaan, bukan kedinasan”,
“maksud ibu apa?”
“saya khawatir , keinginan bapak untuk menghabisi Diah itu karena kebencian bapak terhadap saya. Selama ini orang kan tahu saya sangat perhatin terhadap diah. Dia anak yang lemah pak, sudah mengalami berbagai cobaan hidup, sering murung karena menerima beban yang terlalu banyak dalam hidupnya.”
Sifat tokoh larasati berdasarklan kutipan di atas adalah?
a.     sabar dan penyayang
b.     angkuh dan disiplin
c.      tegas dan pemberani
d.     penuh perhatian dan tegas
e.      penakut
2.  Karakter tokoh pak Usman dalam kutipan cerpen di atas memiliki sifat…..
a.     pendendam
b.     keras kepala dan mudah marah
c.      tidak bisa membedakan urusan dinas dan pribadi
d.     ingin menang sendiri
e.      baik hati
3.  Bagaimana gambaran karakter tokoh diah dalam cerpen di atas?
a.     kuat menerima cobaan
b.     gampang putus asa
c.      lemah dan penuh penderitaan
d.     trauma dalam menjalani kehidupanya
e.      keras dan kuat
4.  Kedudukan tokoh Pak usman dan Larasati dalam kutipan cerpen di atas adalah……
a.     tokoh antagonis, tokoh penengah
b.     tokoh protagonist, tokoh penengah
c.      tokoh antagonis, tokoh protagonis
d.     tokoh protagonis, tokoh protagonist
e.      tokoh protagonist, tokoh penengah
5.  Bacalah penggalan cerpen berikut!
Kelihatan seorang kakek berjalan bersama cucunya seorang gadis belia yang cantik. Mereka duduk di bawah pohon yang rindang. Gadis itu meminta kakeknya menceritakan riwayat hidupnya, siapa sebenarnya kedua orang tuanya dan di mana mereka sekarang. Sang kakek terdiam sebentar, kemudian mulailah ia bercerita. “Delapan belas tahun yang lalu, seorang pemuda kota berjalan-jalan ke desa ini. Ia terpikat gadis cantik bunga desa ini, dan mereka pun menikah. Gadis cantik itu adalah putri kakek satu-satunya.
Latar tempat pada cerita di atas adalah...
a.     di bawah pohon rindang.
b.     di perkampungan.
c.      di hutan rimba.
d.     di jalan pedasaan.
e.      di rumah singgah
6.  Bacalah penggalan cerpen di bawah ini dengan cermat!
Dengan tergesa-gesa Ersa menaiki bus yang nyaris meninggalkan suasana yang kurang nyaman baginya. Dari kejauhan terdengan sayup suara “… penumpang bus Gemilang harap untuk segera memasuki kendaraan…”. Hati Ersa agak tenang karena dia sudah berada di dalamnya. “Mudah-mudahan sore nanti aku bisa berada di acara itu,” harapnya dalam hati.
Latar waktu dan tempat pada penggalan cerpen tersebut adalah …
a.     sore hari, terminal
b.     siang hari, perjalanan
c.      siang hari, terminal
d.     pagi hari, rumah
e.      pagi hari, perjalanan
7.  Perhatiakan kutipan cerpen berikut!
“kita sebagai pendidik tidak boleh memandang masalah secara hitam-putih pak, diah itu telah banyak menanggung beban hidup, sudah selayaknya kita ikut mendampingi dan membantunya, bukan malah menambah bebannya.
Amanat yang terkandung dalam kutipan cerpen di atasa adalah…..
a.     sebagai manusia harus saling tolong-menolong
b.     seorang pendidik harus bisa membantu siswanya dalam mengatasi permasalahan hidup
c.      Guru harus bersikap professional dalam mendidik muridnya
d.     guru harus memiliki sikap kasih sayang dalam mendidik
e.      sayang dalam mendidik
8.  Bacalah penggalan cerpendi bawah ini dengan cermat!
Meski termasuk anak yang pandai dan masuk kelas akselerasi, Romero tetap memilik banyak teman dan sahabat. Baginya teman adalah lingkungan yang dapat memberikan banyak inspirasi dan pengalaman yang tidak diperoleh di bangku sekolah. Di rumah ia juga bersikap baik pada tetangga. Ia ingat ketika orang tuannya berpesan, “Carilah teman dan sahabat sebanyak-banyaknya karena kita tidak bisa hidup sendiri. Suatu saat pasti kita membutuhkan orang lain.”
Unsur ekstrinsik penggalan cerpen tersebut adalah ….
a.     budaya
b.     ekonomi
c.      pendidikan
d.     estetika
e.      social
9.  Bacalah cerita berikut dengan seksama
Kita lihat, dari pintu masuk sebuah ruangan di hotel berbintang empat itu, dia membelok ke arah kiri, dia memilih kursi paling samping dari deretan kursi paling belakang. Begitu dia duduk, sejumlah lelaki dekat kursi itu serempak kaasak-kusuk dalam gelap.
Latar tempat penggalan cerpen tersebut adalah...
a.     Pintu masuk
b.     Kursi paling belakang
c.      Arah kiri
d.     Kursi paling samping
e.      Hotel bintang empat
10.            Bacalah kutipan tajuk rencana berikut dengan saksama!
Perencanaan gerakan hemat air dan sekaligus berarti berdisiplin dalam penggunaan air di Surabaya menjadi amat relevan. Disiplin dalam penggunaan air bersih harus dilihat sebagai semacam kesetiakawanan sosial. Sebab dengan kita berdisiplin menggunakan air bersih berarti memberikan peluang kepada anggota masyarakat lainnya yang selama ini kesulitan air untuk berkesempatan menikmati air bersih.
Pernyataan yang berupa pendapat penulis dalam tajuk rencana tersebut adalah…
a.     Sejumlah anggota masyarakat dengan semena-mena menggunakan air.
b.     Kesulitan air yang menimpa sebagian besar penduduk hendaknya dapat      ditarik maknanya.
c.      PDAM harus terus berjuang keras untuk meningkatkan suplai air bersihnya.
d.     Sebaiknya penduduk menggunakan air sumur dengan memperhatikan peruntukannya.
e.      Masyarakat harus berdisiplin dalam penggunaan air bersih karena  hal ini dapat mencerminkan kestiakawanan sosial.
11.            Pengarang menuturkan cerita dirinya sendiri, dengan pelaku aku/orang pertama tunggal/jamak, berarti kedudukan pengarang dalam cerpen tersebut sebagai...
a.     tokoh bawahan
b.     tokoh pengamat
c.      campuran
d.     pendamping
e.      tokoh utama
12.            Bentuk alur sorot balik digunakan apabila pengarang bermaksud....
a.     membayangkan cerita mendatang
b.     mengemukakan khayalan-khayalan
c.      menerangkan cerita yang sedang terjadi
d.     menerangkan peristiwa masa lalu dengan ragaan
e.      menerangkan peristiwa yang benar-benar terjadi
13.            Pengarang sebagai orang yang berada di luar cerita dan tidak terlibat dalam cerita, dengan menggunakan pelaku utama ia/dia. Kedudukan pengarang dalam cerita tersebut sebagai....
a.     tokoh utama
b.     tokoh bawahan
c.      tokoh figuran
d.     tokoh protagonist
e.      pengamat
14.            Dalam cerpen tokoh-tokohnya dilukiskan mengalami konfliks sampai pada....
a.     Penyelesaian
b.     perubahan nasib
c.      meninggal
d.     klimaks
e.      perumitan

Bacalah kutipan cerpen berikut dengan saksama kemudian kerjakan soal nomor 15 s.d. 16!
Seperti teman-temannya yang lain, sebenarnya Andi ingin sekali memberi hadiah untuk Tommy, tetapi ia tidak enak hati meminta uang pada ibunya. Apalagi, ibu hanya diam ketika ia menyodorkan undangan pesta ulang tahun Tommy kemarin. Saat itu, ibu sedang duduk-duduk di beranda sambil memandangi matahari yang mulai tenggelam. Diamnya ibu, pertanda ibu belum punya uang untuk membeli hadiah. Andi sadar, sejak ayahnya meninggal tiga tahun yang lalu, ia dan ibunya memang harus hidup hemat.
”Ah masa iya aku tak bisa memberi hadiah untuk Tommy temanku?” gumam Andi seraya bangkit dari tempat tidur pembaringan. Ia beranjak menuju meja belajarnya. Dimatikannya lampu tidurnya dan digantinya dengan lampu belajar. Ia mengambil secarik kertas, pensil, dan spidol warna-warni. Tangannya mulai mencorat-coret. Kini, ada senyum menghiasi bibirnya, “Besok pagi, aku sudah punya hadiah untuk Tommy.”
15.            Bukti bahwa peristiwa tersebut terjadi pada malam hari adalah ....
a.     kalimat pertama pada paragraf pertama
b.     Kalimat kedua pada paragraph pertama
c.      Kalimat ketiga pada paragraf kedua.
d.     Kalimat keempat pada paragraf kedua
e.      Kalimat terakhir paragraf pertama.
16.            Amanat yang terdapat pada cerpen tersebut adalah ...
a.     Jangan menyusahkan orang tua hanya karena ingin memberi hadiah teman!
b.     Usahakan selalu memberi hadiah kepada teman orang tua!
c.      Temanilah ibumu saat duduk-duduk di beranda!
d.     Matikan lampu jika sudah tidak diperlukan!
e.      Benar semua
Boleh jadi, itu sikap angkuhnya seorang yang sukses dan kaya menghadapi pemuda kere macam aku. (2) Sebagai pimpinan sebuah bank papan atas di negeri ini, mungkin dia tak rela hati anak gadisnya kupacari. (3) Jadi, amat wajar dia kelihatan tidak suka terhadapku. (4) Apalagi tampangku tidak keren kayak aktor Nicholas Saputra, sementara wajah Mawar memang cakep. (5) Kamu sendiri bilang, Mawar mirip Dian Sastro dengan bodi semampai macam Luna Maya (padahal menurutku, Mawar lebih mirip penyanyi kesukaanmu, Mulan Jamila).
17.            Bukti bahwa watak tokoh ‘dia’ pada kutipan cepen tersebut sombong terletak pada kalimat bernomor .…
a.     (1) dan (2)
b.      (2) dan (3)
c.      (3) dan (4)
d.     (4) dan (5)
e.      (2) dan (4)
Ku tak mungkin jatuh cinta kan? Tidak sekarang, tidak denganmu. Pesonamu menjeratku tapi aku tak kan membiarkan diriku jatuh cinta kepadamu. Tak kan pernah kupercaya segala tuturmu kepadaku, dan ku akan selalu menganggap bohong apa pun yang kau ucapkan kepadaku sejak itu, termasuk yang itu ... yang dua kali kau sampaikan padaku. Sampai kapan pun kau merayuku, aku tak akan pernah lagi percaya padamu. Kebohongan-kebohonganmu telah merusak cintaku.
18.            Bukti bahwa watak tokoh kamu pembohong dapat diketahui melalui ….
a.     Tingkah laku tokoh kamu
b.     Tingkah laku tokoh aku
c.      Dialog tokoh kamu
d.     Dialog tokoh aku
e.      Ekspresi tokoh aku
Parjimin adalah tukang batu, tetangga Kurdi. Lumayan bagi mereka, mendapat proyek baru. Rupanya, proyek rumah gedong itulah yang selalu diperbincangkan Kurdi disetiap kesempatan. Di tempat perhelatan nikah, supitan, di tempat kerja bakti, sarasehan kampung, sampai ronda malam. Dia senantiasa tidak lupa menceritakan rencananya membangun rumah gedungnya itu.
19.            Berdasarkan kutipan cerpen tersebut, Kurdi bersifat …
a.     pemberani
b.     baik
c.      egois
d.     sombong
e.      baik hati
Bacalah dengan saksama!
Di Kantor Pos
Oleh: Muhammad Ali
“Tadi agaknya telah terjadi suatu kekeliruan ketika Nona membayarkan uang pos wesel kepada saya, sebab ….”
“Mana bias keliru?” si pegawai menyela dengan cepat.
“Seharusnya saya terima tiga ratus rupiah, bukan? Kalau tak salah, sekian itulah angka yang tertulis dalam pos wesel saya.”
“Coba saya liat dulu, Saya masih ingat nomor pos wesel Saudara.”
Si pegawai lalu memeriksa salah satu lajur dalam daftar yang terkembang di hadapannya, kemudian katanya,”Nah ini, wesel nomor satu empat tujuh dengan tanda C. Jumlah uang tiga ratus rupiah. Apa yang keliru? Bukankah tadi Saudara terima dari saya tiga ratus rupiah?”
“Tidak,”jawab laki-laki itu. “Nona tadi memberikan kepada saya bukan tiga lembar kertas ratusan, tapi empat lembar. Jadi, empat ratus rupiah yang saya terima tadi.”
“Oh, kalau begitu saya keliru. Benar-benar keliru,” kata si pegawai akhirnya dengan kemalu-maluan.
“Maklum banyak kerja. Lagi pula lembaran-lembaran uang itu masih baru hingga mudah saja terlengket karenanya. Jadi, Saudara mau kembalikan uang yang seratus rupiah kepada saya, sekarang?”
“Betul, Saya akan mengembalikannya kepada Nyonya ….”
“Nona!” sela si pegawai cepat.
20.            Sudut pandang yang digunakan pengarang pada kutipan cerpen tersebut adalah …
a.     Orang ketiga sebagai pengamat
b.     Orang pertama tokoh utama
c.      Orang campuran
d.     Orang ketiga manatahu
e.      Orang kedua


JAWABAN BISA DILIHAT DISINI!