Sistem Pemerintahan Masa
Demokrasi Terpimpin
Soekarno dengan konsep Demokrasi Terpimpinnya menilai
Demokrasi Barat yang bersifat liberal tidak dapat menciptakan kestabilan
politik. Menurut Soekarno, penerapan sistim Demokrasi Barat menyebabkan tidak
terbentuknya pemerintahan kuat yang dibutuhkan untuk membangun Indonesia.
Pandangan Soekarno terhadap sistem liberal ini pada akhirnya berpengaruh
terhadap kehidupan partai politik di Indonesia. Partai politik dianggap sebagai
sebuah penyakit yang lebih parah daripada perasaan kesukuan dan kedaerahan.
Penyakit inilah yang menyebabkan tidak adanya satu kesatuan dalam membangun
Indonesia. Partai-partai yang ada pada waktu itu berjumlah sebanyak 40 partai
dan ditekan oleh Soekarno untuk dibubarkan. Namun demikian, Demokrasi Terpimpin
masih menyisakan sejumlah partai untuk berkembang. Hal ini dilakukan dengan
pertimbangan Soekarno akan keseimbangan kekuatan yang labil dengan kalangan
militer. Beberapa partai dapat dimanfaatkan oleh Soekarno untuk dijadikan
sebagai penyeimbang.
Pada masa Demokrasi Terpimpin, parlemen sudah tidak
mempunyai kekuatan yang nyata. Sementara itu partai-partai lainnya dihimpun
oleh Soekarno dengan menggunakan suatu ikatan kerjasama yang didominasi oleh
sebuah ideologi. Dengan demikian partai-partai itu tidak dapat lagi menyuarakan
gagasan dan keinginan kelompok-kelompok yang diwakilinya. Partai politik tidak
mempunyai peran besar dalam pentas politik nasional dalam tahun-tahun awal
Demokrasi Terpimpin. Partai politik seperti NU dan PNI dapat dikatakan
pergerakannya dilumpuhkan karena ditekan oleh presiden yang menuntut agar
mereka menyokong apa yang telah dilakukan olehnya. Sebaliknya, golongan komunis
memainkan peranan penting dan temperamen yang tinggi. Pada dasarnya sepuluh
partai politik yang ada tetap diperkenankan untuk hidup, termasuk NU dan PNI,
tetapi semua wajib menyatakan dukungan terhadap gagasan presiden pada segala
kesempatan serta mengemukakan ide-ide mereka sendiri dalam suatu bentuk yang
sesuai dengan doktrin presiden.
Partai politik dalam pergerakannya tidak boleh bertolak
belakang dengan konsepsi Soekarno. Penetapan Presiden (Penpres) adalah senjata
Soekarno yang paling ampuh untuk melumpuhkan apa saja yang dinilainya
menghalangi jalannya revolusi yang hendak dibawakannya. Demokrasi terpimpin
yang dianggapnya mengandung nilai-nilai asli Indonesia dan lebih baik
dibandingkan dengan sistim ala Barat, ternyata dalam pelaksanaannya lebih mengarah
kepada praktek pemerintahan yang otoriter. Dewan Perwakilan Rakyat hasil
pemilihan umum tahun 1955 yang didalamnya terdiri dari partai-partai pemenang
pemilihan umum, dibubarkan. Beberapa partai yang dianggap terlibat dalam
pemberontakan sepanjang tahun 1950an, seperti Masyumi dan PSI, juga dibubarkan
dengan paksa. Bahkan pada tahun 1961 semua partai politik, kecuali 9 partai
yang dianggap dapat menyokong atau dapat dikendalikan, dibubarkan pula.
Dalam penggambaran kiprah partai politik di percaturan
politik nasional, maka ada satu partai yang pergerakan serta peranannya begitu
dominan yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada masa itu kekuasaan memang
berpusat pada tiga kekuatan yaitu, Soekarno, TNI-Angkatan Darat, dan PKI. Oleh
karena itu untuk mendapatkan gambaran mengenai kehidupan partai politik pada
masa demokrasi terpimpin, pergerakan PKI pada masa ini tidak dapat dilepaskan.
Hubungan antara PKI dan Soekarno sendiri pada masa Demokrasi
Terpimpin dapat dikatakan merupakan hubungan timbal balik. PKI memanfaatkan
popularitas Soekarno untuk mendapatkan massa. Pada bulan Mei 1963, MPRS
mengangkatnya menjadi presiden seumur hidup. Keputusan ini mendapat dukungan
dari PKI. Sementara itu di unsur kekuatan lainnya dalam Demokrasi Terpimpin,
TNI-Angkatan Darat, melihat perkembangan yang terjadi antara PKI dan Soekarno,
dengan curiga. Terlebih pada saat angkatan lain, seperti TNI-Angkatan Udara,
mendapatkan dukungan dari Soekarno. Hal ini dianggap sebagai sebuah upaya untuk
menyaingi kekuatan TNI-Angkatan Darat dan memecah belah militer untuk dapat
ditunggangi. Keretakan hubungan antara Soekarno dengan pemimpin militer pada
akhirnya muncul. Keadaan ini dimanfaatkan PKI untuk mencapai tujuan politiknya.
Sikap militan yang radikal yang ditunjukkan PKI melalui agitasi dan
tekanan-tekanan politiknya yang semakin meningkat, membuat jurang permusuhan
yang terjadi semakin melebar. Konflik yang terjadi itu kemudian mencapai
puncaknya pada pertengahan bulan September tahun 1965.
Seperti yang telah disebutkan di
atas, partai politik pada masa Demokrasi Terpimpin mengalami pembubaran secara
paksa. Pembubaran tersebut pada umumnya dilakukan dengan cara diterapkannya
Penerapan Presiden (Penpres) yang dikeluarkan pada tanggal 31 Desember 1959.
Peraturan tersebut menyangkut persyaratan partai, sebagai berikut:
1.
Menerima
dan membela Konstitusi 1945 dan Pancasila.
2.
Menggunakan
cara-cara damai dan demokrasi untuk mewujudkan cita-citapolitiknya.
3.
Menerima
bantuan luar negeri hanya seizin pemerintah.
4.
Partai-partai
harus mempunyai cabang-cabang yang terbesar paling sedikit di seperempat jumlah
daerah tingkat I dan jumlah cabang-cabang itu harus sekurang kurangnya
seperempat dari jumlah daerah tingkat II seluruh wilayah Republik Indonesia.
5.
Presiden
berhak menyelidiki administrasi dan keuangan partai.
6.
Presiden
berhak membubarkan partai, yang programnya diarahkan untuk merongrong politik
pemerintah atau yang secara resmi tidak mengutuk anggotanya partai, yang
membantu pemberontakan.
Sampai dengan tahun 1961, hanya ada 10 partai yang diakui
dan dianggap memenuhi prasyarat di atas. Partai-partai tersebut hampir tidak
bisa memainkan perannya dalam pentas perpolitikan nasional pada masa itu. Hal
ini dimungkinkan antara lain oleh peran Soekarno yang amat dominan dalam
menjalankan pemerintahannya dengan cirinya utamanya yang sangat otoriter pada
waktu itu di era demokrasi terpimpin.
mari gabung bersama kami di Aj0QQ*c0M
ReplyDeleteBONUS CASHBACK 0.3% setiap senin
BONUS REFERAL 20% seumur hidup.