Terselamatkan
oleh Alam
Pada suatu hari yang sangat tenang dan damai, dimana burung
berkicau dengan suka cita dan pepohonan sedang bermain dengan angin menari –
nari ke sana kemari hingga menghasilkan gerakan yang sangat indah. Namun,
ketenangan itu kini terusik dengan suara mesin yang merong – rong memilukan
hati, dan juga suara gemuruh dari pepohonan yang tumbang.
Tak jauh dari tempat tersebut,
tinggalah seorang kakek yang sangat tua dan renta. Ia terbangun dari tidur
siangnya akibat dari suara yang memekikan telinga itu. Dengan segera sang kakek
bangun dari kursi bambunya dan menuju sumber suara tersebut.
“Hey kalian hentikan perbuatan itu,”
teriak sang kakek kepada gerombolan penebang kayu itu.
Tetapi, para penebang kayu di dalam
hutan itu tidak menggubris sedikitpun perkataan kakek. Setelah berusaha dengan
sekuat tenaga, sang kakek berhasil mendekat ke arah penebang kayu. Dia pun
menghentikan penebangan tersebut dengan berdiri di dekat gergaji mesin itu.
“Apa yang kau lakukan Pak Tua, apa
kau mau cari mati,” teriak salah seorang di antara mereka.
“Aku tidak akan membiarkan kalian
terus menebang pepohonan di hutan ini. Apakah kalian tidak mengetahui bahwa
banyak sekali makhluk hidup yang sangat bergantung dengan mereka. Apakah kau
juga tidak mengetahui akibat yang akan terjadi jika semua pohon di sini habis kau
tebangi,” teriak kakek itu.
Para penebang pohon yang merasa
terganggu dengan kehadiran sang kakek merasa kesal, bahkan mereka membawa sang
kakek dengan paksa untuk menjauhi lokasi tersebut.Pohon yang mereka tebangi
merupakan kawasan hutan yang berada di atas bukit. Hutan tersebut pada mulanya
sangat asri, tetapi semenjak kehadiran perusahaan Furniture di bawah kaki bukit
itu, banyak orang berbondong – bondong menebang kayu untuk dijual.
Sang kakekpun tidak tinggal diam,
segera dia pergi menemui kepala desa. Dia mengadukan semua kejadian itu. Namun,
bukannya kepala desa itu membantunya, dia malah menyarankan sang kakek untuk
pindah dari rumahnya dan tinggal di bawah bukit seperti mereka.
Mendengar
jawaban tersebut sang kakek merasa kecewa, dia tidak menyangka ternyata orang –
orang di sini juga ikut terlibat dengan kegiatan yang sangat memalukan itu.
Dengan hati yang pedih kakek itu menuju rumahnya. Di sepanjang jalan dia
termenung dan mengingat kembali masa – masa kecilnya. Masa dimana dia dan teman
– temannya bermain di bukit itu. Banyak sekali binatang yang mereka temui,
seperti burung dan rusa. Mereka juga selalu menjaga hutan itu. Tak jarang
ketika sang kakek kecil, dia dan teman – temannya sering bertengkar dengan
pemburu hutan. Namun kini, jaman telah berubah, hutan telah menjadi gundul dan
binatang – binatang telah kehilangan tempatnya. Musuh mereka yang dahulu
pemburu kini berubah menjadi penebang kayu.
Hal
yang menambah kesedihan kakek itu adalah tiada lagi pemuda – pemuda yang peduli
dengan hutan, bahkan merekalah yang menjadi aktor di balik kehancuran hutan.
Setelah berjalan dengan cukup lama sang kakek pun tiba di rumahnya. Ia pun
duduk di kursi bambunya dan mencari jalan keluar untuk menghentikan itu semua.
“Aku
tidak bisa menghentikan para penebang kayu, kalau begitu aku akan menanam
pepohonan. Jika mereka merubuhkan satu, akau akan menanam sepuluh,” ujar kakek
tersebut.
Mulai
dari hari itu sang kakek terus menanam pepohonan. Hari telah berganti,
pepohonan di atas bukit telah hampir habis, dan pohon – pohon yang kakek tanam
masih kecil. Perbuatan kakek ini dilihat oleh para penebang kayu itu, tetapi
hati mereka tidak juga tergugah, malahan mereka menginjak – nginjak bibit yang
kakek itu tanam. Kejadian tersebut semakin bertambah parah, mereka kini
menebang kayu dengan menggunakan mesin yang lebih canggih.
Benar
saja, tak sampai satu bulan pepohonan di atas bukit itu telah habis, yang ada
hanyalah bibit – bibit kecil yang sedang berkembang. Hingga tibalah suatu hari
yang sangat mengerikan itu. Hujan turun dengan sangat derasanya. Hujan itu
bahkan terus berlangsung selama 3 hari 3 malam. Pada malam harinya ketika sang
kakek tengah tertidur lelap, dia mendengar suara gemuruh yang sangat besar,
tetapi karena kantuknya yang sangat luar biasa akibat kelelahan menanam pohon
dia terus tertidur.
Keesokan
paginya betapa terkejutnya sang kakek ketika melihat tanah yang ada di sekitar
rumahnya amblas, lalu dia melihat ke arah perkampungan penduduk dia pun melihat
suatu pemandangan yang sanat mengerikan, desa kecil yang berada tepat di bawah
bukit itu kini telah hilang tertimbun tanah. Sang kakek pun merasa sedih karena
usaha yang dia lakukan selama ini tidak bisa mencegah bencana yang ia takutkan
itu. Meskipun begitu sang kakek bersyukur dia satu – satunya yang selamat dari
kejadian itu. Dia merasa bahwa alamlah yang telah menolong dirinya. Semanjak
kejadian itu, dia terus menanam bibit pohon di hutan.
Sumber:
No comments:
Post a Comment