Harapan Di Persimpangan Jalan
Pemeran
:
Hafsah : Anita Widura
Radit : Andika Sedya Ardi W
Pak Doni : Erdin Ferdiano
Bu Zahra : Devi Damayanti
Ayah Hafsah : Fery Purwadi
Ibu Hafsah : Faridatus Solehah
ADEGAN
1
Hafsah adalah salah satu murid berprestasi di sekolahnya, ia
sering kali mengikuti lomba olimpiade. Ia adalah murid yang aktif, ceria dan
selalu membuat teman-temannya tertawa dengan tingkah konyolnya. Namun,
akhir-akhir ini ia kebanyakan melamun. Seperti saat ini, ia sedang termenung di
salah satu meja baca perpustakaan. Ia tak menyadari bahwa kegelisahannya
tersebut sejak tadi telah diperhatikan oleh sahabatnya Radit.
Radit : hei, kamu ini masih pagi sudah melamun saja.
Hafsah : ya ampun Radit, kamu mengagetkanku tahu! Kalau
jantungku copot bagaimana? Kamu mau ganti?
Radit
: Hehe. Maaf maaf.
Hafsah
: ada apa Dit?
Radit
: Ya tidak apa-apa. Aku pikir kamu kemana tadi. Aku mencari-cari kamu loh.
Hafsah
: Hehe.. Ya aku kemana lagi kalau tidak ke mushala atau perpustakaan. Mau ke
kantin, aku tidak punya uang.
Radit
: justru itu, mudah sekali kalau aku mau mencarimu kawan. Oh ya,
ngomong-ngomong rencanamu setelah lulus apa? Pasti kamu mau mengambil jurusan
Kedokteran di Universitas Gajah Mada kan? Sejak dulu kamu bicara tentang
mimpimu untuk bisa berkuliah di jurusan itu.
Hafsah
: Entahlah Dit.
Radit
: Loh, kok entahlah. Ada apa ini kawan? Bukankah kamu bercita-cita untuk
menjadi dokter spesialis Bedah?
Hafsah
: iya, memang benar. Tapi entahlah Dit.
Radit
: ada apa ini Hafsah? Ada masalah apa sebenarnya? Ayo ceritakan padaku!
Hafsah
: tentang mimpi-mimpiku itu Dit, rasanya aku tak bisa terus memupuknya. Orang
tuaku tidak setuju aku melanjutkan pendidikan tinggi. Mereka ingin aku bekerja
di luar negeri sebagai TKI saja.
Radit
: begini saja Hafsah, kita konsultasikan masalahmu ini kepada pak Doni..
Mungkin saja beliau punya masukan terbaik yang bisa membantu semua persoalanmu
itu.
Hafsah
: Baiklah, jam istirahat kedua setelah shalat dhuhur saja ya Dit. Waktu
istirahat pertama kita sudah hampir habis ini.
Radit
: Baiklah, ayo kita masuk ke kelas!
ADEGAN 2
Setelah jam istirahat kedua selepas shalat dhuhur, mereka
berdua pergi menuju ruang pak Doni yang merupakan guru Bimbingan Konseling di
kelas mereka.
Radit
: Assalamualaikum. (seraya mengetuk pintu ruangan)
Pak
Doni :
Waalaikumsalam. Wr. Wb. Silahkan masuk!
Radit
: Terima kasih pak. Ayo Hafsah, kita masuk!
Hafsah
: Iya. Selamat siang pak.
Pak Doni
: Oh Radit,
Hafsah, ada apa ini? Apa ada yang mau kalian diskusikan kepada bapak?
Radit
: begini pak, ada sesuatu hal penting yang ingin kami diskusikan. Kami yakin
akan dapat menemukan solusi terbaik jika masalah ini kami sampaikan kepada Pak
Doni.
Pak Doni
: Baiklah
Dit, ceritakanlah masalahmu itu pada bapak! Barangkali bapak bisa membantu.
Radit
: Ini bukan tentang saya pak, tapi Hafsah. Nah, Sa, ceritakanlah masalahmu itu!
Hafsah
: Baiklah.
ADEGAN 3
Setelah menceritakan semua masalah Hafsah kepada pak Doni.
Akhirnya pak Doni memutuskan untuk membawa persoalan ini ke Bu Zahra, waka
kesiswaan. Akhirnya Hafsah dan pak Doni bergegas menuju ruang bu waka
Kesiswaan. Setibanya mereka di ruang Bu Zahra, pak Doni menyampaikan perihal
masalah yang dialami oleh Hafsah kepada beliau.
Pak Doni
: Begitu bu,
inti permasalahannya adalah bahwa Hafsah tidak diizinkan oleh orang tuanya
untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi. Karena sebab ketidakmampuan orang
tuanya dalam hal ekonomi.
Bu Zahra
: Begini Pak
Doni, Hafsah. Sebenarnya saya ada solusi yang insyaaallah dapat menjawab
persoalan ini. Tapi sepertinya kita tidak memiliki cukup waktu untuk
membahasnya di sini. Begini saja, kita agendakan kunjungan ke rumah Hafsah
dalam rangka menjelaskan hal-hal penting seputar pendidikan serta solusi agar
Hafsah dapat tetap melanjutkan pendidikan tingginya. Bagaimana?
Pak Doni
: Ide yang
bagus bu. Nah, Hafsah, kapan kira-kira kami bisa mengunjungi orang tuamu?
Hafsah
: Kalau hari minggu pagi bagaimana Pak, Bu? Insya Allah orang tua saya tidak
berjualan di pasar karena hari tersebut sedang ada festival di kompleks pasar yang
tidak memungkinkan pedangan untuk berjualan. Apa Bu Zahra dan Pak Doni tidak
keberatan meluangkan waktu libur di hari itu?
Bu
Zahra :
Tentu saja tidak, Hafsah. Ibu merasa harus memperjuangkan nasib pendidikanmu.
Karena kamu adalah salah satu siswa terbaik kami di sekolah ini.
ADEGAN 4
Keesokan harinya di hari minggu pagi. Bu Zahra dan Pak Doni
pergi berkunjung ke rumah Hafsah.
Bu
Zahra :
Assalamualaikum. (sambil mengetuk pintu)
Hafsah
: Waalaikumsalam. Silahkan masuk Pak, Bu..
Bu Zahra
: terima
kasih Hafsah.
Hafsah
: sebentar saya panggilkan bapak dan ibu dulu. Silahkan duduk dulu pak.
Tak lama kemudian, dan ibu Hafsah
datang ke ruang tamu menyambut Bu Zahra dan Pak Doni.
Ayah Hafsah
: Wah, ada tamu spesial rupanya. Bu Zahra, apa
kabar? Ini Pak Doni guru BK di sekolah Hafsah ya?
Pak Doni
: Betul pak,
saya guru BK di sekolah Hafsah.
Ibu Hafsah
: Maaf ya pak, bu, Tempatnya
begini adanya.
Bu Zahra
: ah, tidak
apa-apa bu. Terima kasih sudah diperbolehkan berkunjung.
Ibu Hafsah
: kalau boleh tahu, angin apa
yang membawa ibu dan bapak ke rumah kami ini? Apa Hafsah membuat masalah di
sekolah.
Bu Zahra
: oh, tidak
bu. Sama sekali tidak. Justru Hafsah adalah salah satu anak yang membanggakan
yang kami miliki di sekolah.
Ibu Hafsah
: syukurlah kalau begitu bu.
Lantas ada masalah apa ya pak?
Bu Zahra
: begini
pak, bu, langsung saja ke pokok permasalahan. Beberapa hari yang lalu Hafsah
menyampaikan bahwa dirinya ingin sekali melanjutkan pendidikannya di perguruan
tinggi negeri. Saya ingin mengklarifikasikan kepada bapak dan ibu selaku orang
tua dari Hafsah. Apakah betul bapak dan ibu tidak memperkenankan Hafsah untuk
berkuliah?
Bu
Zahra
:Karena begini pak, bu. Saya rasa sangat disayangkan bahwa anak secerdas Hafsah
tidak bisa melanjutkan pendidikannya hanya karena terhalang dari restu kedua
orang tuanya. Sementara Hafsah ingin sekali untuk belajar di perguruan tinggi
negeri.
Ayah Hafsah
: Begitu rupanya. Sebelumnya terima kasih atas
perhatian bapak kepada anak kami. Begini pak, alasan kami tidak memperkenankan
Hafsah untuk berkuliah di perguruan tinggi tidak lain dan tidak bukan adalah
karena keterbatasan keuangan yang kami miliki pak. Saya ini hanya penjual sayur
di pasar. Sementara istri saya ikut berdagang bersama dengan saya. Penghasilan
kami hanyalah cukup untuk makan sehari-hari dan membayar uang sekolah Hafsah
dan adik-adiknya. Melihat kondisi tersebut, saya merasa tidak mampu untuk
membiayai Hafsah untuk belajar lebih tinggi lagi. Alasan sebenarnya adalah
begitu pak, bu.
Ibu Hafsah
: betul pak, bu. Sungguh, kami
tidak bermaksud menghalang-halangi cita-cita Hafsah. Tapi apalah daya kami pak.
Kami hanyalah orang miskin yang tak dapat menyekolahkan anak-anaknya. Maka dari
itu kami bermaksud untuk mengirim Hafsah ke luar negeri untuk bekerja demi
adik-adiknya.
Pak Doni
: begini
Pak, bu. Maaf kalau saya lancang. Memang sangat sulit sekali jika menjalani
studi tanpa adanya kemampuan finansial yang mendukung. Tapi bukan berarti
proses pembelajaran itu harus terputus begitu saja. Apalagi Hafsah adalah anak
yang cerdas. Sangat disayangkan jika ia tidak difasilitasi untuk belajar.
Bu Zahra
: betul pak,
bu. Hafsah harus tetap melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi negeri.
Pendidikan itu teramat penting yang harus diperjuangkan dengan gigih. Rasanya
terlalu dini untuk menganggap persoalan ekonomi adalah faktor penghambat utama.
Saya juga melihat bahwa Hafsah memiliki kemauan yang begitu tinggi untuk
berkuliah. Kemauan yang keras pasti akan membuahkan jalan menuju keberhasilan.
Saya percaya akan hal itu.
Ayah Hafsah
: saya sepakat dengan Bu Zahra dan Pak Doni.
Namun lagi-lagi kami tak berkemampuan untuk membiayai Hafsah, khususnya ketika
ia akan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi.
Ibu Hafsah
: Betul pak, bu. Kami
benar-benar kesulitan masalah keuangan. Kami tak ingin mengeluh, namun inilah
hambatan terbesar kami saat ini.
Bu Zahra
: Bapak,
ibu. Kedatangan kami ke sini bukan hanya untuk menceramahi akan pentingnya
pendidikan, bukan itu. Kami ke sini juga membawa sebuah solusi yang cukup baik
untuk Bapak dan ibu, khususnya untuk Hafsah.
Ayah Hafsah
: wah, apa itu pak?
Bu Zahra
: Hafsah
tetap bisa melanjutkan pendidikannya hingga ke tingkat perguruan tinggi pak,
bu, melalui program beasiswa bidik misi. Program ini ditujukan kepada calon
mahasiswa berprestasi dan tidak mampu. Beasiswa yang akan diberikan berupa uang
tunai dengan besaran yang telah ditentukan oleh pemerintah. Mengenai mekanisme
pendaftarannya, sekolah akan membantu Hafsah.
Ayah
Hafsah : masyaaallah, alhamdulillah kalau
begitu. Terima kasih banyak pak, bu.
Ibu Hafsah
: betulkan bisa begitu pak,
bu? Saya sangat bersyukur kalau memang Hafsah bisa tetap melanjutkan
pendidikannya. Hafsah, kemarilah sebentar nak!
Hafsah
: Iya ibu. (menagis haru)
Ayah Hafsah
: Kau tetap bisa berkuliah nak. Berterima
kasihlah pada Guru-gurumu ini.
Hafsah
:Terima kasih banyak telah banyak membantu saya Pak, Bu. (menangis haru sambil
mencium tangan Bu Zahrad an Pak Doni)
Akhirnya Hafsah tetap bisa melanjutkan cita-citanya untuk
berkuliah di perguruan tinggi negeri dengan bantuan beasiswa yang difasilitasi
oleh sekolahnya. Tak lama kemudian, Bu Zahra dan Pak Doni pun beranjak pergi
untuk pulang ke rumah masing-masing.