2.1.
PENGERTIAN MANAJEMEN KONFLIK
Menurut Wirawan (2010: 129) Manajemen konflik adalah proses pihak yang
terlibat konflik atau pihak ketiga menyusun strategi konflik dan menerapkannya untuk mengendalikan konflik
agar menghasilkan resolusi yang diinginkan.
Kata kunci
dari definisi tersebut meliputi :
a) Pihak yang terlibat konflik : dalam menghadapi konflik,
pihak yang terlibat konflik berupaya mengelola konflik untuk menciptakan solusi
yang menguntungkan dengan menggunakan berbagai sumber sekecil dan seefisien
mungkin.
b) Strategi konflik : manajemen konflik merupakan proses
penyusunan strategi konflik sebagai rencana untuk memanajemeni konflik. Jika
tidak dikendalikan, konflik bisa berkembang menjadi konflik destruktif.
c) Mengendalikan konflik : bagi pihak yang terlibat konflik,
manajemen konflik merupakan aktivitas untuk mengendalikan dan mengubah konflik
demi menciptakan keluaran konflik yang menguntungkan (minimal tidak merugikan).
d) Resolusi konflik : jika manajemen konflik dilakukan oleh
organisasi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam organisasi, tujuannya
juga untuk menciptakan kesehatan organisasi.
e) Kemampuan beradaptasi : organisasi yang sehat mampu
beradaptasi dengan perubahan lingkungan eksternal dan internalnya. Contohnya :
ketika terjadi reformasi di Indonesia, banyak perusahaan yang bangkrut karena
tidak mampu bereaksi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan lingkungannya,
yaitu krisis keuangan dan ekonomi, krisis politik, serta krisis sosial.
f)
Memfokuskan
pada tujuan : aktivitas dan anggota organisasi yang sehat, akan memfokuskan
diri pada pencapaian tujuan yang rasional dan visible. Dalam menghadapi krisis
di lingkungannya, anggota diarahkan untuk mengubah dan mencapai tujuannya.
Yaitu :
·
Mempunyai
kemampuan mengontrol dan mengkoordinasi sumber-sumber à ketika pemimpin melakukan perubahan (dalam keadaan
konflik), kebutuhan akan sumber-sumber organisasi akan meningkat dan organisasi
semakin mengalami keterbatasan sumber yang diperlukan. Dalams situasi ini,
organisasi yang sehat mampu mengontrol aliran sumber, memprioritaskan
penggunaan sumber, dan mencegah penggunaan sumber yang tidak diperlukan.
·
Kreativitas
dan inovasi à sumber kreativitas organisasi berasal dari kreativitas
dan inovasi anggotanya. Dalam dunia usaha, kreativitas dan inovasi merupakan
sumber dari produk baru, penciptaan pasar baru, dan peningkatan keuntungan.
·
Mengembangkan
dan mempertahankan kualitas sumber daya manusia à kualitas SDM merupakan sumber utama kesehatan
organisasi. SDM yang berkualitas bukan saja kreatif dan inovatif, tetapi juga
mempunyai etos kerja serta moral dan moril yang tinggi.
·
Organisasi
yang sehat merupakan organisasi yang belajar dan tumbuh berkembang secara
terus-menerus à istilah pembelajaran organisasi dipopulerkan oleh Peter
M. Senge (1994). Pembelajaran organisasi merupakan aktivitas pembelajaran
sehingga memacu suatu organisasi untuk belajar secara terus-menerus. Konsep
pembelajaran organisasi meliputi :
1)
Meningkatkan
kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan konsumen dan
lingkungannya.
2)
Memfokuskan
diri pada pembelajaran generatif, yaitu belajar untuk menciptakan dan
menyesuaikan diri serta belajar untuk menyelesaikan sesuatu.
3) Belajar generatif memerlukan cara baru melihat dunia
untuk memahami sesuatu dengan cara yang lebih baik.
2.2. TUJUAN
MANAJEMEN KONFLIK
Adanya manajemen konflik memiliki beberapa
tujuan, antara lain sebagai berikut:
1)
Mencegah gangguan kepada anggota organisasi untuk
menfokuskan diri pada visi, misi dan tujuan organisasi
Organisasi
yang mapan memiliki visi, misi dan tujuan yang strategis. Ketiganya harus
dicapai atau direalisasikan dengan cara yang sistematis dan dalam suatu kurun
waktu yang direncanakan.
2)
Memahami
orang lain dan menghormati keberagaman
Dalam
melaksanakan tugasnya, seorang anggota organisasi tidak mungkin bekerja
sendiri, tetapi memerlukan bantuan rekan kerjanya. Ia harus berkomunikasi
dengan baik kepada rekannya. Untuk itu, ia harus memahami keberagaman
karakteristik rekan sekerjanya yang memiliki berbagai perbedaan, seperti suku,
agama, bahasa, pribadi, perilaku, pola pikir, dan sebagainya.
3)
Meningkatkan
kreativitas
Sy.
Landau, Barbara Landau, dan Daryl Landau (2001) menguraikan bahwa konflik yang
terjadi ditempat kerja dapat di manajemeni untuk menciptakan kreativitas dan
inovasi, serta mengembangkan produktivitas.
4)
Meningkatkan
keputusan melalui pertimbangan berdasarkan pemikiran berbagai informasi dan
sudut pandang
Suatu
keputusan yang baik atau bijak merupakan keputusna yang bertumpu pada berbagai
alternatif keputusan yang didukung oleh informasi yang akurat.
5)
Memfasilitasi
pelaksanaan kegiatan melalui peran serta, pemahaman bersama, dan kerjasama
Organisasi
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas subsistem-subsistem, seperti
unit-unit kerja, tim kerja serta fungsi dan peran. Semua subsistem dan para
anggotanya harus bekerja, saling mendukung dan saling membantu untuk mencapai
tujuan organisasi.
6)
Menciptakan
prosedur dan mekanisme penyelesaian konflik
Jika
prosedur dan mekanisme berhasil menyelesaikan konflik secara berulang-ulang,
hal ini akan menjadi norma budaya organisasi. Jika tidak di manajemeni dengan
baik, konflik menyebabkan disfungsional organisasi,.
7)
Menimbulkan
iklim organisasi konflik dan kerja yang tidak menyenangkan : takut, moral
rendah, sikap saling curiga
Iklim
organisasi merupakan persepsi anggota organisasi mengenai apa yang terjadi
secara rutin dalam lingkungan internal organisasi.
8)
Meningkatkan
terjadinya pemogokan
Konflik
bisa menciptakan kecurigaan antara buruh dan manajemen perusahaan. Kecurigaan
akan merusak komunikasi diantara keduanya. Hal ini juga mengarahkan
terbentuknya konflik destruktif yang akan meningkatkan pemogokan.
9)
Mengarah
pada sabotase bagi pihak yang kalah dalam konflik
Jika
konflik berakhir dengan win dan lose solution, serta pihak yang kalah
dendam atas kekalahannya, agresi dalam bentuk sabotase akan terjadi. Bentuk sabotase
bisa berupa penggagalan pelaksanaan program atau proyek.
10)
Mengurangi
loyalitas dan komitmen organisasi
Jika konflik terjadi diantara manajemen organisasi dan
karyawan, karyawan merasa mendapatkan perlakukan yang tidak layak atau tidak
adil. Hal ini, akan menurunkan loyalitas dan komitmen organisasi.
11)
Terganggunya
proses produksi dan operasi
Konflik
terutama konflik destruktif mengalihkan berbagai sumber-smber organisasi yang
seharusnya bisa digunakan untuk proses produksi dan operasi digunakan untuk menyelesaikan
konflik. Hal ini, akan mengganggu proses produksi dan operasi organisasi
sehingga menurunkan produktivitas organisasi.
12)
Meningkatkan
biaya pengadilan karena tuntutan karyawan yang mengajukan konfliknya ke
pengadilan
Jika
konflik antara manajemen perusahaan dan karyawan tidak bisa diselesaikan
melalui mekanisme penyelesaian konflik perusahaan, karyawan akan membawa
konflik ke pengadilan. Hal ini, jika terjadi akan membuat perusahaan dan
karyawan harus menyediakan biaya pengadilan dalam bentuk biaya penasehat hukum
dan biaya pengadilan.
2.3. GAYA
MANAJEMEN KONFLIK
Gaya manajemen konflik merupakan pola perilaku orang
dalam menghadapi situasi konflik. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi gaya manajemen konflik.
Antaralain sebagai berikut.
·
Asumsi
mengenai konflik
Asumsi seseorang
mengenai konflik akan memengaruhi pola perilakunya dalam menghadapi situasi
konflik. Birokrat yang berpendapat, konflik merupakan sesuatu yang buruk akan
berusaha menekan lawan konfliknya dengan menggunakan gaya manajemen konflik
kompetisi. Sebaliknya, seorang birokrat yang menganggap konflik adalah baik dan
toleran terhadap konflik akan menggunakan gaya manajemen konflik kompromi.
·
Persepsi
mengenai penyebab konflik
Persepsi seseorang
yang menganggap penyebab konflik menentukan kehidupan atau harga dirinya akan
berupaya untuk berkompetisi dan memenangkan konflik. Sebaliknya, jika orang
menganggap penyebab konflik tidak penting bagi kehidupan dan harga dirinya, ia
akan menggunakan pola perilaku menghindar dalam menghadapi konflik.
·
Ekspektasi
atas reaksi lawan konfliknya
Seseorang yang
menyadari bahwa iya menghadapi konflik akan menyusun strategi dan taktik untuk
menghadapi lawan konfliknya. Jika ia memprediksi bahwa lawan konfliknya akan
menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi dan agresi objek konfliknya sangat
esensial bagi karirnya, ia akan menghadapinya dengan gaya manajemen konflik
kompetisi dan melawan agresi lawan konfliknya.
·
Pola
komunikasi dan interaksi konflik
Jika proses
komunikasi berjalan dengan baik, pesan kedua belah pihak akan saling dimengerti
dan diterima secara persuasif, tanpa gangguan dan menggunakan humor yang segar.
Hal ini menunjukkan kemungkinan yang besar bahwa kedua belah pihak akan
menggunakan gaya manajemen konflik kolaborasi.
·
Kekuasaan
yang dimiliki
Jika pihak yang
terlibat konflik merasa mempunyai kekuasaan lebih besar dari lawan
konfliknya,kemungkinan besar ia tidak mau mengalah dengan interaksi konflik. Terlebih
lagi, jika masalah konfliknya sangat esensial bagi kehidupannya.
Sebaliknya,jika ia mempunyai kekuasaan lebih rendah dan memprediksikan bahwa
dirinya tidak bisa menang dalam konflik, ia akan menggunakan gaya manajemen konflik
kompromi, akomodasi, atau menghindar.
·
Pengalaman
menghadapi situasi konflik
Proses interaksi
konflik dangaya manajemen konflik yang digunakan oleh pihak-pihak yang terlibat
dipengaruhi oleh pengalaman mereka dalam menghadapi konflik dan menggunakan
gaya manajemen konflik tertentu.
·
Sumber
yang dimiliki
Sumber-sumber yang
dimilki antara lain kekuasaan, pengetahuan, pengalaman, dan uang. Gaya
manajemen konflik kompetisi kecil kemungkinannya untuk digunakan bagi seseorang
yang tidak mempunyai sumber-sumber tersebut. Kemungkinan besar, ia akan
menggunakan gaya manajemen konflik menghindar atau akomodasi.
·
Jenis
kelamin
Sejumlah penelitian
menunjukkan bahwa jenis kelamin pihak yang terlibat konflik mempunyai pengaruh
terhadap gaya manajemen konflik yang digunakannya.
·
Kecerdasan
emosional
Lee Fen Ming (2003),
dalam disertasinya yang mengemumkakan telaah literatur yang menjelaskan bahwa
kesuksesan manjemen konflik memerlukan ketrampilan yang berkaitan dengan
kecerdasan emosional. Dari telaahini, ia mengemukakan beberapa dimensi
kecerdasan emosional, yaitu kesadaran diri mengenai kecerdasan emosional ;
memanajemeni emosi; empati; dan membangun hubungan berdasarkan kecerdasan
emosional.
·
Kepribadian
Kepribadian
seseorang mempengaruhi gaya manajmen konfliknya. Seseorang yang punya pribadi
pemberani, garang, tidak sabar, dan berambisis untuk menang cenderung memilih
gaya kepemimpinan berkompetisi. Sedangkan, orang yang penakut dan pasif
cenderung menghindari konflik.
·
Budaya
organisasi sistem sosial
Budaya organisasi
sistem sosial dengan norma perilaku yang berbeda menyebabkan para anggotanya
memiliki kecenderungan untuk memilih gaya manajemen konflik yang berbeda. Dalam
masyarakat Barat, anak semenjak kecil diajarkan untuk berkompetisi. Di
Indonesia, anak diajarkan untuk berkompromi atau menghindari konflik.
·
Prosedur
yang mengatur pengambilan keputusan jika terjadi konflik
Organisasi yang
sudah mapan umumnya mempunyai prosedur untuk menyelesaikan konflik. Dalam
prosedur tersebut, gaya manajemen konflik pimpinan dan anggota organisasi akan
tercermin.
·
Situasi
konflik dan posisi dalam konflik
Seseorang dengan
kecenderungan gaya manajemen konflik berkompetisi akan mengubah gaya manajemen
konfliknya jika menghadapi situasi konflik yang tidak mungkin ia menangkan.
Gaya manajemennya bisa berubah menjadi gaya manajemen konflik kolaborasi dan
kompromi. Demikian juga, apabila konflik terjadi dengan atasannya, maka ia
mungkin akan menggunakan gaya manajemen konflik menghindari atau akomodasi.
·
Pengalaman
menggunakan salah satu gaya manajemen konflik
Jika A terlibat
konflik dengan B, C, dan D serta dapat memenangkan konflik dengan menggunakan
gaya manajemen konflik kompetisi, ia memiliki kecenderungan untuk menggunakan
gaya tersebut bila terlibat konflik dengan orang yang sama atau orang lain.
·
Keterampilan
berkomunikasi
Keterampilan
berkomunikasi seseorang akan memengaruhinya dalam memilih gaya manajemen
konflik. Seseorang yang kemampuan komunikasinya rendah akan mengalami kesulitan
jika menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi, kolaborasi, atau kompromi.
Di sisi lain, gaya manajemen konflik menghindar atau akomodasi tidak memerlukan
banyak debat dan argumentasi.
2.4. TEORI-TEORI
GAYA MANAJEMEN KONFLIK
a)
Teori
Grid
R.R. Blake dan J. Mouton (1964) merupakan pendahulu yang menggunakan
istilah gaya manajemen konflik. Kerangka teori manajemen konflik ini disusun
berdasarkan dua dimensi : (1) perhatian manajer terhadap bawahan (concern for people) pada sumbu
horizontal dan (2) perhatian manajer terhadap produksi (concern for production) pada sumbu vertikal. Berdasar tinggi
rendahnya kedua dimensi tersebut, mereka mengembangkan lima jenis gaya
manajemen konflik. Berikut adalah kelima jenis gaya manajemen konflik tersebut.
·
Memaksa
(forcing)
Perhatian
seorang manajer yang tinggi terhadap produksi, sedangkan perhatian yang rendah
terhadap bawahannya cenderung akan menggunakan gaya manajemen konflik memaksa
ketika memanajemeni konflik. Ia berupaya memaksakan kehendaknya untuk
meningkatkan produksi dengan mengabaikan orang lain jika menghadapi situasi
konflik.
·
Konfrotasi
(confrotation)
Perhatian
seorang manajer yang tinggi terhadap produksi dan bawahannya cenderung menggunakan
konfrotasi dalam memanajemeni konflik. Ia berupaya berkonfrotasi untuk
meningkatkan produksi dalam waktu bersamaan dan berkonfrotasi untuk
memperhatikan orang yang dipimpinnya
·
Kompromi
(compromising)
Perhatian
seorang manajer yang sedang terhadap produksi dan bawahannya cenderung
berkompromi jika memanajemeni konflik. Ia mau untuk berkompromi mengenai
tingkat produksi organisasi demi memenuhi kesejahteraan bawahannya.
·
Menarik
diri (withdrawal)
Perhatian
manajer yang rendah terhadap produksi dan bawahannya cenderung menarik diri
jika menghadapi konflik. Ia lebih senang bersikap secara pasif, seolah-olah
tidak terjadi konflik dan tidak mau menghadapi konflik.
·
Mengakomodasi
(smoothing)
Perhatian
seorang manajer yang rendah terhadap produksinya sedangkan tinggi perhatiannya
terhadap bawahannya cenderung memberikan akomodasi jika menghadapi konflik. Ia
menyerah kepada keinginan lawan konfliknya demi hubungan yang baik dan
kesejahteraan bawahannya.
b) Teori Thomas dan Kilmann
Kenneth W. Thomas dan Ralph H. Kilmann (1974) mengembangkan taksonomi gaya
manajemen konflik berdasarkan dua dimensi : (1) kerjasama pada sumbu horizontal
dan (2) keasertifan pada sumbu vertikal.
Berdasarkan kedua dimensi ini, Thomas dan Kilmann mengemukakan lima jenis
gaya manajemen konflik. Berikut adalah kelima jenis gaya manajemen konflik
tersebut.
·
Kompetisi
(competing)
Gaya
manajemen konflik dengan tingkat keasertifan tinggi dan tingkat kerjasama
rendah. Gaya ini merupakan gaya yang berorientasi pada kekuasaan, dimana
seseorang akan menggunakan kekuasaan yang dimilikinya untuk memenangkan konflik
dengan biaya lawannya.
Berikut
alasan pihak yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik
kompetisi.
1)
Merasa
mempunyai kekuasaan dan sumber-sumber lainnya untuk memaksakan sesuatu kepada
lawan konfliknya.
2)
Tindakan
dan keputusan perlu diambil dengan cepat, misalnya dalam keadaan darurat.
3)
Dalam
tindakan yang tidak populer, terdapat hal yang harus dilakukan, seperti
mengurangi biaya, peraturan baru, dan pendisiplinan pegawai.
4)
Melindungi
perusahaan dari kebangkrutan dan keadaan yang dapat merusak citra perusahaan.
·
Kolaborasi
(collaborating)
Gaya
manajemen konflik dengan tingkat keasertifan dan kerjasama yang tinggi.
Tujuannya adalah untuk mencari alternatif, dasar bersama dan sepenuhnya memenuhi
harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik.
Berikut
alasan pihak yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik
kolaborasi.
1)
Menciptakan
solusi integratif dan tujuan kedua belah pihak terlalu penting untuk
dikompromikan.
2)
Tujuan
pihak yang terlibat konflik untuk mempelajari lebih jauh pandagan dari lawan
konfliknya.
3)
Kedua
belah pihak tidak mempunyai cukup kekuasaan dan sumber-sumber untuk memaksakan
kehendak demi mencapai tujuannya.
·
Kompromi
(compromising)
Gaya
manajemen konflik tengah atau menengah, dimana tingkat keasertifan dan
kerjasama sedang. Dengan menggunakan strategi memberi dan mengambil (give and take), kedua belah pihak yang
teribat konflik mencari alternatif titik tengah yang memuaskan sebagian
keinginan mereka.
Berikut
alasan pihak yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik kompromi.
1)
Pentingnya
tujuan konflik hanya sedang dan tidak cukup bernilai untuk dipertahankan dengan
menggunakan gaya manajemen konflik kompetisi atau kolaborasi. Akan tetapi,
konflik juga terlalu penting untuk dihindari.
2)
Kedua
belah pihak mempunyai kekuasaan dan sumber yang sama, serta mempunyai tujuan
yang hampir sama.
3)
Untuk
mencapai solusi sementara atas masalah yang kompleks.
·
Menghindar
(avoiding)
Gaya
manajemen konflik dengan tingkat keasertifan dan kerjasama yang rendah. Kedua
belah pihak yang terlibat konflik berusaha menghindari konflik.
Berikut
alasan pihak yang terlibat konflik menggunakan gaya manajemen konflik
menghindar.
1)
Kepentingan
objek konflik rendah atau ada objek konflik lain yang sangat penting dan perlu
mendapatkan perhatian.
2)
Objek
konflik tidak mungkin untuk dimenangkan karena memiliki kekuasaan dan
sumber-sumber konflik yang rendah. Atau, tidak mungkin untuk diubah, seperti
undang-undang, peraturan pemerintah, serta kebijakan perusahaan.
3)
Potensi
biaya yang dibutuhkan untuk memenangkan konflik lebih besar daripada nilai
solusinya.
4)
Untuk
memenangkan para karyawan dan mengurangi ketegangan, serta menciptakan suasana
kerja yang kondusif dan tenang sehingga
meningkatkan kinerja karyawan.
·
Mengakomodasi
(accomodating)
Gaya
manajemen konflik dengan tingkat keasertifan rendah dan tingkat kerjasama
tinggi. Seseorang mengabaikan kepentingan dirinya sendiri dan berupaya
memuaskan kepentingan lawan konfliknya.
c)
Teori
Rahim
M.A. Rahim (1983) mengembangkan model gaya manajemen konflik yang tidak
jauh berbeda dengan model yang dikemukakan oleh Thomas dan Kilmann (1974).
Klasifikasi gaya manajemen konflik Rahim disusun berdasarkan dua dimensi : (1)
memperhatikan orang lain (concern for
other) pada sumbu horizontal dan (2) memperhatikan diri sendiri (concern for self).
Berdasarkan tinggi rendahnya kedua dimensi tersebut, Rahim mengelompokkan
lima jenis gaya manajemen konflik. Berikut adalah kelima jenis gaya manajemen
tersebut.
·
Dominasi
(dominating)
Dalam
gaya manajemen konflik ini, pihak yang terlibat konflik hanya berupaya memenuhi
tujuannya sendiri dan tidak memperhatikan kebutuhan lawan konfliknya.
·
Integrasi
(integrating)
Dalam
gaya manajemen konflik ini, pihak yang terlibat konflik berusaha menciptakan
resolusi konflik yang secara maksimal memenuhi tujuan dirinya sendiri dan
tujuan lawan konfliknya.
·
Kompromi
(compromising)
Gaya
manajemen konflik ini berada di persimpangan dari kedua dimensi, dimana
pengguna gaya ini berusaha memenuhi sebagian tujuannya dan tujuan lawan
konfliknya tanpa berupaya memaksimalkannya.
·
Menghindar
(avoiding)
Dalam
gaya manajemen konflik ini, pihak yang terlibat konflik menolak untuk
berdiskusi mengenai konflik yang terjadi. Ia menolak untuk memenuhi kebutuhan
dirinya sendiri dan kebutuhan lawan konfliknya.
·
Menurut (obliging)
Pihak
yang terlibat konflik mengombinasikan perhatiannya yang tinggi terhadap lawan
konfliknya dengan perhatiannya yang rendah terhadap dirinya sendiri.
2.5. STRATEGI
KONFLIK
Strategi konflik adalah suatu proses
yang dapat menentukan tujuan seseorang terlibat suatu konflik dan pola
interaksi konflik yang digunakan untuk mencapai keluaran konflik yang
diharapkan. Adapun langkah-langkah penyusunan manajemen konflik adalah sbb:
- Analisis SWOT mengenai diri
sendiri dan lawan konflik
Dengan
menganalisis SWOT diri sendiri akan mencerminkan kekuatan (Strength) dan
kelemahan (weakness) diri sendiri dalam menghadapi lawan konflik. Analisis SWOT
mengenai lawan konflik akan mencerminkan peluang (opportunity) dan ancaman
(threat) dari lawan konflik.
- Menentukan tujuan konflik
Tujuan konflik
merupakan hal yang ingin dicapai saat menghadapi dan menyelesaikan konflik.
Secara spesifik tujuan konflik adalah target keluaran konflik yang diharapkan.
- Pola interaksi konflik
Pola interaksi
konflik merupakan suatu interaksi dengan pihak lawan konflik dalam usaha menuju
keluaran konflik yang diinginkan. Berikut adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi pola interaksi konflik.
a.
Metode resolusi konflik yang digunakan
dalam interaksi konflik.
b.
Gaya menajemen konflik yang digunakan
oleh pihak-pihak yang terlibat konflik.
c.
Perkembangan situasi konflik. Konflik
bisa berkembang dari konflik konstruktif menjadi konflik destruktif ataupun
sebaliknya. Situasi konflik tersebut sangat memengaruhi pola interaksi konflik.
2.6. TAKTIK
KONFLIK
Pihak yang terlibat
konflik menggunakan taktik konflik untuk merealisasikan strategi konfliknya.
Taktik konflik merupakan teknik yang mempengaruhi lawan konflik untuk
menghasilkan keluaran konflik yang diharapkan. Pihak yang terlibat konflik
dapat menggunakan berbagai taktik konflik secara berurutan atau secara bersama-sama. Disamping itu,
taktik konflik dapat berubah setiap waktu tergantung situasi interaksi konflik.
Sebagi contoh, jika pihak yang terlibat konflik menggunakan taktik persuasive
rasional tidak berhasil, mka ia akan menggunakan taktik mengancam dan menekan.
Berikut adalah gambaran mengenai taktik-taktik konflik.
- Taktik
persuasif rasional
Taktik ini digunakan untuk mempengaruhi lawan
konflik dengan mengemukakan data, fakta, informasi, hokum, teori ilmu
pengetahuan, etika, moral, ataupun pengalaman masalalu baik itu yang baik
maupun yang buruk.
- Taktik
legitimasi
Merupakan taktik yang digunakan oleh pejabat yang
menduduki posisi tertentu secara sah. Jika menghadapi situasi konflik, pejabat
tersebut akan menunjukkan bahwa apa yang dilakukannya tidak bertentangan dengan
jabatan, posisi, atau perannya.
- Taktik
permintaan inspirasional
Mengemukakan nilai-nilai, norma, harga diri, dan
kesatuan organisasi untuk membangkitkan emosi, motivasi, dan cita-cita bersama.
Misalnya seorang pemimpin yang mengingatkan pentingnya persatuan dalam mencapai
tujuan organisasi.
- Taktik
mengooptasi
Mengikutsertakan, memberikan jabatan, posisi, atau
peran tertentu kepada lawan konflik untuk berperan serta dalam menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh organisasi.dengan mengooptasi lawan konflik, ia
merasa diikut sertakan dalam merencanakan dan melaksanakan keputusan sehingga
akan menghentikan tentangan atau sikap negatifnya.
- Taktik
pertukaran
Memberi janji untuk memberikan sesuatu atau tidak
memberikan sesuatu sebagai imbalan jika lawan konflik berperilaku tertentu atau
lawan konflik memberikan sesuatu. Taktik ini menciptakan solusi kompromi atau
kolaborasi.
- Taktik
mencari teman atau koalisi
Umumnya taktik ini dilakukan oleh pihakyang terlibat
konflik dengan kekuasaan atau posisi lebih lemah dari pada lawan konfliknya.
Tujuan taktik ini adalah untuk memperbesar kekuasaan atau memperkuat dalam
menghadapi lawan konfliknya.
- Taktik
menahan diri atau diam
Taktik ini berupa tidak melakukan sesuatu yang
seharusnya dilakukan-tidak bereaksi atas apa yang dilakukan lawan konfliknya.
- Taktik
menangis dan menghimbau
Taktik ini menunjukkan ketidakberdayaan pihak yang
terlibat dalam konflik menghadapi tindakan lawan konfliknya. Misalnya menangis,
yang banyak dilakukan oleh anak-anak, wanita, dan laki-laki yang lemah dan
tidak berdaya dalam menghadapi konflik. Tujuan taktik ini adalah meminta belas
kasihan kepada lawan konfliknya maupun menarik simpati pihak ketiga.
- Taktik
mengancam
Seorang manajer atau pemilik perusahaan yang
terlibat konflik dengan karyawannya bisa menggunakan taktik ini untuk melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang berkaitan dengan karyawan tersebut.
- Taktik
berbohong
Jika menghadapi konflik, sesorang yang jujur
terkadang bisa berubah menjadi pembohong, terutama jika posisinya terdesak dan
objek konflik menentukan hidup dan harga dirinya. Berbohong bisa berupa
memberikan informasi yang tidak benar, mengelak/menolak untuk memberikan
informasi atau diam ketika ditanya mengenai sesuatu.
- Taktik
mengulur waktu
Mengulur waktu adalah menunda untuk melakukan
sesuatu atau menolak untuk merespon lawan konflik dalam interaksi konflik.
Tujuan dari takti ini adalah untuk menenangkan diri, membuat lawan bosan,
2.7. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KONFLIK
- Emosi
Emosi merupakan suatu perasaan yang bersifat
kompleks sebagai reaksi atas suatu hal yang dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku seseorang. Emosi memiliki bebrapa fungsi penting bagi manusia, contohnya seperti ;
menyiapkan orang untuk bertindak atau dapat dikatakan emosi sebagai stimulus
yang dapat mengembangkan respon tehadap berbagai situasi yang dihadapi;
membentuk prilaku orang dikemudian hari; membantu mengatur interaksi sosial.
Emosi sangat erat dengan konflik, seseorang yang
emosional sering sekali dalam berfikir dan bertindak dipengaruhi oleh emosinya.
Sering kali emosinya negatif, marah, tidak percaya, kecewa, bingung, dan takut.
Jika lawan konfliknya merupakan orang yang jeli, ia bisa memanfaatkan hal
tersebut. Sehingga penting sekali untuk bisa memanajemen emosi agar dapat
menciptakan solusi konflik. Ada beberapa langkah dalam memanajemen konflik,
yang pertama mengontrol emosi, untuk dapat mengontrol emosi seseorang
memerlukan suatu kecerdasan emosional. Yang kedua, mengakui konflik dan
memahami emosi diri pihak yang terlibat konflik dan emosi lawan konflik.
- Marah
Marah merupakan suatu keadaan jiwa seseorang dengan
emosi yang tinggi sehingga mempengaruhi pola pikir, sikap, serta prilakunya.
Marah dapat dibedakan menjadi 2, yakni marah pasif dan marah agresif. Marah
pasif adalah suatu kemarahan yang dilakukan dengan menahan diri, mengelak atau
menarik diri dari objek konflik. Diantaranya perilaku-perilaku marah pasif
seperti perilaku rahasia, manipulasi, menyalahkan diri sendiri, tenang, dan
mengelak. Sedangkan marah agresif adalah suatu kemarahan yang megarahkan
kemarahannya dalam bentuk agresi fisik dan verbal, seperti: mengancam,
menyakiti, merusak, menggertak, menyalahkan, sombong, dan balas dendam.
Dalam menghadapi konflik, seseorang harus bisa
menguasai situasi konflik dengan memanajemen kemarahannya. Dalam memenajemen
kemarahan dapat dilakukan sikap-sikap yang rileks, mendengarkan dengan baik,
memahami terjadinya kemarahan, dan humor.
- Stres
Stress merupakan suatu gangguan mental pada
seseorang yang merupakan reaksi akibat
situasi yang tidak menyenangkan. Seseorang yang belum memiliki pengalaman dalam
mengalami konflik bisa mengalami stress yang buruk. Untuk memanajemen stress
seseorang harus bisa
mengenali dirinya, menyadari kalau dirinya sedang menderita stress, rekreasi
dan rileks.
- Agresi
Agresi
merupakan perilaku kekerasan yang
dilakukan sengaja dengan tujuan untuk melukai, menimbulkan rasa kesakitan,
kematian, atau kerugian orang lain. Agresi juga merupakan perilaku kekerasan
yang bisa menimbulkan kerugian fisik seperti kerugian harta benda sedangkan
kerugian nonfisik berupa rusaknya reputasi diri serta rusaknya citra dan nama
baik.
Perilaku agresi
bisa berbentuk perilaku langsung maupun perilaku tidak langsung, perilaku pasif
maupun aktif. Contoh dari perilaku agresi antara lain seperti memukul,
menendang, menampar, mendiamkan, menolak, mempermalukan, sabotase, mengedarkan
gosip, dan menolak untuk melakukan sesuatu.
- Menyelamatkan muka
Menyelamatkan muka
adalah suatu hal yang sering muncul dalam situasi konflik. Menyelamatkan muka
merupakan sutua upaya untuk menyelamatkan dan mempertahankan citra diri.
Menyelamatkan muka dapat berupa tindakan melawan intimidasi yang diberikan oleh
lawan konflik untuk berupaya merusak citra diri, menolak tuduhan, terus
melawan, mundur dari posisi, dan mengakui kesalahan serta meminta maaf. Dalam
upaya penyelesaian negosiasi konflik, diperlukan halp-hal yang berkaitan dengan
muka. Tanpa adanya tindakan saling menghargai muka, maka negosiasi akan
mengalami kebuntuan dan solusi konflik tidak akan tercapai.
2.8. KEBIJAKAN
ORGANISASI MENGENAI KONFLIK
Kebijakan organisasi mengenai konflik antara lain adalah asumsi mengenai
konflik, definisi mengenai konflik, dan pedoman manajemen konflik.
- Asumsi mengenai konflik
Suatu organisasi mempunyai asumsi yang jelas mengenai konflik. Apakah
perbedaan pendapat dan konflik diperbolehkan atau dilarang. Pada perusahaan
tertentu, perbedaan pendapat diperbolehkan dan dianggap sebagai cara untuk
meningkatkan kreatifitas dan inovasi dari para pegawainya. Seperti contoh,
Toyota Motor Company yang menyatakan bahwa konflik tidak dapat dihindari jika
para pegawai harus bekerja bersama-sama. Sehingga perusahaan ini toleran terhadap
perbedaan pendapat. Adapun pada organiasi TNI dan POLRI yang merupakan
organiasi yang memiliki birokrasi yang tinggi dan ketat. Contoh lain dalam DPR,
pendapat diantra fraksi-fraksi DPR merupakan suatu hal yang harus dilakukan
dalam mengambil suatu keputusan. Oleh karena itunada asumsi di DPR bahwa
konflik itu baik dan akan menciptakan suatu yang bijak.
- Definisi Mengenai Konflik
Suatu organiasi perlu membuat definisi mengenai konflik yang bisa diterima
oleh organisasi. Seperti apa yang termasuk konflik dalam organiasi, indikator konflik terjadi, apakah konflik
merupakan konflik yang konstruktif atau negatif, dsb.
- Pedoman manajemen konflik
Suatu organisasi atau perusahaan perlu sekali untuk
memiliki pedoman memanajemeni konflik
yang terjadi. Pedoman-pedoman tersebut dapat berisi:
·
Prosedur
untuk menyelesaikan konflik
·
Siapa
yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan konflik dan siapa yang bertanggung
jawab untuk mengambil keputusan jika terjadi konflik.
·
Apakah
kewajiban dan tanggung jawab pihak-pihak yang terlibat konflik
Ada sejumlah langkah-langkah yang daoat dilakukan organisasi untuk
mengurangi konflik. Antara lain sebagai berikut :
·
Melaksanakan
prinsip-prinsip birokrasi organisasi. Jika terjadi sebuah konflik harus
dilaksanakan prinsip hierarki yaitu atasan mengambil keputusan serta
pelaksanaan peraturan dan prosedur kerja.
·
Pemisahan
fisik. Yaitu memisahkan pihak-pihak yang terlibat konflik, misaknya dengan
rotasi tugas.
·
Mengintegrasikan.
Menyatukan kembali pihak-pihak yang terlibat konflik melalui intervensi pihak
ketiga, atasan, penasihat, dan mediator professioanal.
·
Pelatihan.
Melaksanakan pelatihan mengenai konflik dan manajemen konflik.
DAFTAR PUSTAKA
Easy "water hack" burns 2 lbs OVERNIGHT
ReplyDeleteAt least 160000 women and men are losing weight with a simple and SECRET "water hack" to drop 1-2 lbs each and every night in their sleep.
It is simple and it works with everybody.
You can do it yourself by following these easy steps:
1) Go grab a glass and fill it up with water half the way
2) Then follow this weight loss HACK
you'll be 1-2 lbs lighter in the morning!