- PERENCANAAN KERJA
Pengertian
Perencanaan
adalah berfikir ke depan mengenai jalannya kegiatan yang akan dilakukan dengan
mempertimbangkan segala faktor yang terkait dan ditujukan kepada sasaran
tertentu dan terukur yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan melakukan
perencanaan secara matang, maka perusahaan akan siap menghadapi berbagai
kendala dan rintangan karena telah diperhitungkan sebelumnya melalui perencaan.
Dengan demikian perencanaan
pekerjaan merupakan pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan apa yang
harus dilakukan, kapan, di mana, bagaimana dan oleh siapa pekerjaan tersebut
dilakukan. Dengan kata lain perencanaan pekerjaan
adalah proses kegiatan untuk menentukan tindakan-tindakan (kebijakan) yang akan
dilaksanakan dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan.
Dalam melakukan perencanaan terdapat beberapa syarat yang harus diketahui sebelumnya, yaitu:
a. Menentukan
tujuan, yaitu sasaran spesifik dan terukur yang akan dicapai pada waktu yang
akan datang.
b. Menetapkan
kegiatan yang akan dilakukan, yaitu dengan menganalisis faktor terkait.
c. Waktu yang
diperlukan untuk mewujudkannya, apakah dalam jangka panjang atau pendek.
d.
Pengaturan pelaksanaan, yaitu
bagaimana cara melaksanakan perencanaan tersebut.
Albert
Silalahi (1987: 167), menjelaskan bahwa tujuan
perencanaan adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan adalah jalan atau cara untuk
mengantifikasi dan merekam perubahan (a way to anticipate and offset change).
b. Perencanaan memberikan pengarahan (direction)
kepada administrator-administrator maupun non-administrator.
c. Perencanaan juga dapat menhindari atau
setidak-tidaknya memperkecil tumpang-tindih dan pemborosan (wasteful)
pelaksanaan aktivitas-aktivitas.
d. Perencanaan
menetapkan tujuan-tujuan dan standar-standar yang akan digunakan untuk
memudahkan pengawasan.
Sejalan
dengan apa yang dikemukakan di atas, maka perlu diketahui fungsi-fungsi dari planning
itu sendiri, yaitu:
a. Menentukan titik tolak dan tujuan usaha.
Tujuan adalah
sesuatu yang ingin dicapai sehingga merupakan sasaran, sedangkan perencanaan
adalah alat untuk mencapai sasaran tersebut. Setiap usaha yang baik harus
memiliki titik tolak, landasan dan tujuannya. Misalnya seseorang ingin pergi
dari Bandung ke Surabaya naik kereta api. Di sini Surabaya merupakan tujuan,
sedangkan kereta api merupakan perencanaan atau alat mencapai sasaran tersebut.
b. Memberikan
pedoman, pegangan dan arah.
Suatu perusahaan
harus mengadakan perencanaan apabila hendak mencapai suatu tujuan. Tanpa
perencanaan, suatu perusahaan tidak akan memiliki pedoman, pegangan dan arahan
dalam melaksanakan aktivitas kegiatannya. Misalnya seorang pilot terbang
melintasi Samudera tanpa mengetahui apakah ia ingin menuju ke Inggris, Belanda
atau Australia, maka ia akan berada di dalam ketidak-pastian.
c. Mencegah
pemborosan waktu, tenaga dan material.
Dalam menetapkan
alternatif dalam perencanaan, kita harus mampu menilai apakah alternatif yang
dikemukakan realistis atau tidak atau dengan kata lain, apakah masih dalam
batas kemampuan kita serta dapat mencapai tujuan yang kita tetapkan. Misalnya
suatu perusahaan menetapkan tujuan bahwa omzet penjualan untuk tahun yang akan
datang dinaikkan sebanyak 10%. Untuk itu ditetapkan alternatif media promosi
antara lain radio, majalah dan surat kabar. Karena keterbatasan dana yang
dimiliki, pilihan jatuh pada surat kabar karena dianggap realitas dan paling
ekonomis. Tetapi selain itu, perencanaan yang baik memerlukan pemikiran lebih
lanjut tentang surat kabar apa, hari pertemuannya dan judul iklan.
d. Memudahkan
pengawasan.
Dengan adanya planning,
kita dapat mengetahui penyelewengan yang terjadi karena planning
merupakan pedoman dan patokan dalam melakukan suatu usaha. Agar dapat membuat
perencanaan yang baik, maka manajer memerlukan data-data yang lengkap, dapat
dipercaya serta aktual.
e. Kemampuan
evaluasi yang teratur.
Dengan adanya planning,
kita dapat mengetahui apakah usaha yang kita lakukakn sudah sesuai dengan
tujuan yang ingin kita capai. Sehingga tidak terjadi under planning dan over
planning.
f. Sebagai
alat koordinasi.
Perencanaan dalam suatu perusahaan kadang-kadang
begitu kompleks, karena untuk perencanaan tersebut meliputi berbagai bidang di
mana tanpa koordinasi yang baik dapat menimbulkan benturan-benturan yang akibatnya
dapat cukup parah. Dapat kita misalkan, perjalanan suatu kereta api yang dengan
tanpa adanya koordinasi yang baik, kemungkinan akan terjadi tabrakan atau harus
menunggu terlalu lama pada simpangan-simpangan.
Prinsip-Prinsip Perencanaan
Perencanaan
dilakukan sebelum menjalankan suatu kegiatan. Oleh karenanya agar sesuai
denngan tujuan yang mengharapkan , dalam merencanakan sesuatu perlu berpegangan
kepada beberapa prinsip perencanaan, yaitu sebagai berikut
a. Kontinuitas
Perencanaan
yang baik harus dibuat dan dipersiapkan untuk tindakan terus-menerus dan
berkesinambungan, dan perlu pemikiran peningkatan dan perbaikan di masa yang
akan datang. Hal ini hanya bisa terwujud melalui perencanaan yang berdasarkan
evaluasi dan adaptasi terhadap segala perubahan yang terjadi.
b. Berdasarkan
fakta hari ini dan perkiraan situasi di masa yang akan datang
Perencaan
tanpa didukung dengan fakta (data) yang sesuai dengan kebutuhan tidak akan
mampu memberikan hasil yang terbaik. Oleh karena perlu data-data pendukung guna
membuat suatu perencanaan sehingga rencana bisa dilakukan dengan baik.
c. Futuritas
Perencanaan
selalu berkaitan dengan masa depan. Perencanaan juga harus memperhatikan
berbagai sumber, informasi seputar kinerja perusahaan pada masa lalu dan
sekarang, serta prediksi peristiwa yang mungkin akan menerpa perusahaan, baik
berbagai kesempatan untuk mencapai target perusahaan maupun berbagai rintangan
yang bisa menghalangi terwujudnya target perusahaan.
d. Fleksibilitas
Fleksibilitas
artinya perencanaan mudah diakomodasikan dengan berbagai kondisi yang baru dan
perubahan-perubahan masa depan yang belum diketahui waktu memulai perencanaan.
Perencanaan dibuat bukan untuk waktu yang relatif singkat, tetapi diproyeksi
kan untuk wadah tertentu (misalnya 1 tahun atau 2 tahun), maka dalam membuat
perencanaan perlu diperkirakan gar mungkin untuk melakukan penyempurnaan dan
pengembangan.
e. Reliabilitas
Perencanaan
harus realistis dalam mencapai target yang ditentukan dengan mempertimbangakan
berbagai sarana pendukung yang ada. Artinya, perencanaan itu disesuaikan dengan
kondisi perusahaan, baik kondisi finansial maupun SDM dan berbagai kondisi
internal lainnya. Perencanaan tidak realistis akan kontraproduktif ketika para
staf tidak mampu menjalankannya. Konsekuensinya, karyawan akan hilang
kepercayaan diri atau tidak percaya kepada kemampuan manajerial pemimpinnya.
Langkah-Langkah Perencanaan
Dalam merencanakan perlu melalui beberapa langkah-langkah berikut ini.
a. Langkah
pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan kebutuhan dan tujuan yang akan
dicapai dari suatu kegiatan yang akan dilakukan.
b. Langkah
selanjutnya akan melakukan observasi dan penelitian terhadap informasi yang
sudah dikumpulkan. Kemudian lakukan analisis dari berbagai informasi tersebut
dan juga analisis terhadap hasil kerja masa lalu kalau tersedia. Dari hasil analisis tersebut di atas maka
tentukan juga perencanaan alternatif yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.
c. Identifikasi
kondisi lingkungan yang berkaitan dengan pekerjaan, baik kondisi finansial
maupun SDM, serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dari berbagai kondisi
yang ada kemudian pelajari.
d. Buatlah
hubungan di antara semua hal tersebut di atas dan sinergikanlah sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh dan akan menjadi landasan operasional kerja.
e. Berdasarkan
perbandingan terhadap alternatif yang dipilih, selanjutnya lakukan penilaian
apakah sudah sesuai dengan tuntutan yang diinginkan. Kalau memang sudah sesuai
maka langkah berikutnya adalah melaksanakan perencanaan.
Cara menyusun perencanaan
juga bisa menggunakan formula 5W+1H, yaitu
sebagai berikut:
- W1 (What/Apa)
Artinya rencana apa yang akan disusun. Biasanya hal ini dilakukan dengan
mengajukan pertanyaan, misalnya apa tujuan yang akan dicapai. Umpamanya bila
tujuan yang akan dicapai adalah mendirikan usaha, maka pertanyaanya adalah apa
produk yang laku dijual di pasar atau apa yang dibutuhkan konsumen saat ini.
- W2 (When/Kapan)
Maksudnya, kapan suatu rencana dilaksanakan. Untuk melaksanakan suatu
rencana perlu disusun jadwal waktu yang tepat dari setiap jenis pekerjaan yang
akan dilakukan, umpamanya:
1) Kapan saat
yang tepat untuk memulai?
Jawaban dari pertanyaan ini akan mengarahkan kepada saat yang tepat
untuk memulai suatu usaha dengan berbagai pertimbangan, baik kemampuan yang dimiliki
(tempat usaha/modal usaha) maupun kemungkinan persaingan.
2) Kapan saat
untuk melakukan promosi?
Melakukan promosi juga perlu dipikirkan kapan saat yang tepat sehingga
promosi yang dilakukan tidak sia-sia.
3) Kapan saat
menyelesaikan pekerjaan?
Waktu saat menyelesaikan setiap pekerjaan perlu ditentukan kapan setiap
agar pekerjaan berikutnya tidak terganggu.
4) Kapan saat
untuk membeli bahan?
Bahan juga dapat mengakibatkan pekerjaan tertunda. Oleh
karenanya/penjadwalan kapan saat yang tepat membeli bahan perlu ditetapkan
sedemikian rupa agar tidak terjadi penyimpangan dan memperlambat pekerjaan.
- W3 (Where/Dimana)
Dengan kata where kita dapat menganalisis aspek-aspek yang dibutuhkan
agar perencanaan yang disusun lebih sempurna, umpamanya:
1)
Di mana lokasi usaha didirikan?
Menentukan lokasi usaha diperlukan berbagai informasi/misalnya di mana
saingan mendirikan usahanya atau dimana tempat yang strategis untuk mendirikan
usaha/agar lebih dekat dengan konsumen.
2)
Di mana membeli bahan yang dibutuhkan?
Tempat membeli bahan dibutuhkan perlu ditentukan/selain dekat dengan
lokasi perusahaan/juga harganya murah dibanding tempat lain.
3)
Di mana promosi dilakukan?
Promosi yang dilakukan dapat mencapai sasaran yang dituju apabila
promosi yang dilakukan pada tempat yang tepat.
4)
Di mana pesaing menjual produknya?
Tempat pesaing menjual produknya perlu diketahui karena dengan
mengetahui-nya sangat bermanfaat bagi pemasaran produk.
- W4 (Why/mengapa)
Selanjutnya, penyusun rencana harus mengetahui mengapa dibutuhkannya
suatu produk tertentu, mengapa membuka usaha tersebut, dan mengapa memilih
lokasi di suatu tempat tertentu.
- W5 (Who/siapa)
Kata who terkait dengan siapa yang akan melaksanakan rencana tersebut.
Seberapa banyak karyawan digunakan untuk mencapai tujuan yang tentu saja harus
disesuaikan dengan besarnya pekerjaan yang akan dilaksanakan.
- H (How/bagaimana)
Pertanyaan tentang bagaimana, sangat membantu bagi penyusunan rencana
untuk mengetahui cara menyelesaikan pekerjaan, misalnya bagaimana cara membeli
bahan baku, bagaimana cara mengangkut hasil produksi, dan bagaimana menjual
hasil produksi.
Perencanaan sangat penting bagi
perusahaan dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan adanya perencanaan,
tujuan yang hendak dicapai akan diraih dengan cara yang lebih baik, lebih
terarah dan efektif. Dengan demikian, perencanaan memiliki beberapa keuntungan, antara lain sebagai
berikut.
- Dengan adanya perencanaan perusahaan terhindar dari sikap tergesa-gesa dan pengambilan keputusan secara emosional. Selain itu, perusahaan juga bisa menghindarkan diri dari berbagai kesalahan dan menghemat tenaga serta biaya saat menghadapi ketidakpastian pada masa mendatang.
- Mendorong adanya komunikasi antar individu dan antar berbagai lini agar bisa bekerja sama dalam mengejar target sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
- Mencerminkan sikap ekonomis karena dalam menentukan target serta biaya yang dikeluarkan, akan disesuaikan dengan sikap hemat, baik hemat biaya maupun SDM.
- Membantu perusahaan agar lebih siap menghadapi berbagai perubahan.
- Menjauhi berbagai masalah yang mungkin terjadi pada masa mendatang.
- Menentukan tujuan secara realistis sesuai dengan berbagai perubahan yang mungkin terjadi.
Hambatan Perencanaan
- Hambatan dari pihak manajer
- Takut menghadapi resiko/kegagalan
- Kurang adanya pengetahuan tentang organisasi
- Kurang memahami tentang lingkungan
- Kurang percaya bahwa organisasinya mampu mencapai sasaran
- Hambatan dari pihak pelaksana
- Keterikatan pada program
- Penetapan sasaran tingkat
puncak
- Sasaran-sasaran individu
- Peran serta dari karyawan dan
manajer
- Pengkajian kembali hasil
pelaksanaan
Pembuat
Perencanaan
- Panitia Perencanaan
Panitia
ini terdiri dari beberapa unsur yang mewakili beberapa pihak, yang
masing-masing membawakan misinya untuk menghasilkan suatu rencana, dengan
harapan rencana yang dibuat akan lebih baik.
- Bagian Perencanaan
Seringkali
tugas perencanaan, merupakan tugas rutin dalam suatu organisasi atau
perusahaan. Ini merupakan satu unit dalam suatu organisasi yang bertugas khusus
membuat rencana. Jadi disini tidak ada unsur perwakilan yang mewakili suatu
bagian dalam organisasi.
- Tenaga
Staf
Pada sebuah organisasi atau perusahaan ada dua kelompok fungsional yaitu :
• Pelaksana, tidak disamakan dengan pimpinan yaitu kelompok yang langsung menangani pekerjaan.
• Staf (pemikir) yaitu kelompok yang tidak secara langsung menghasilkan barang atau produk perusahaan, tugasnya menganalisa fakta-fakta untuk kemudian merencanakan sesuatu guna.
Sifat – Sifat
Perencanaan
a. Menyangkut kurun waktu yang panjang
b. Menyangkut
persoalan dasar organisasi
c. Memberikan kerangka dasar
dalam pengambilan keputusan manajerial sehari-hari
d.
Sebagai alat pemersatu dalam pengambilan keputusane. Pada umumnya perencanaan strategis
merupakan kegiatan manajemen puncak
Bentuk-bentuk
Perencanaan
1. Rencana Global (Global Plan)
1. Rencana Global (Global Plan)
Bagian
dari rencana global yang lebih terperinci. Dimana dengan menyusun kerangka
kerja yang akan dilakukan untuk mencapai rencana global, dimensi waktunya
adalah jangka panjang. Dalam pencapaiannya dilakukan dengan sistem prioritas,
yakni mana yang akan dicapai terlebih dahulu.
Analisa
penyusunan recana global terdiri atas:
- Strenght yaitu kekuatan yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan
- Weaknesses, memperhatikan kelemahan yang dimiliki organisasi yang bersangkutan.
- Opportunity yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki oleh organisasi
- Treath yaitu tekanan dan hambatan yang dihadapi organisasi.
- Strenght yaitu kekuatan yang dimiliki oleh organisasi yang bersangkutan
- Weaknesses, memperhatikan kelemahan yang dimiliki organisasi yang bersangkutan.
- Opportunity yaitu kesempatan terbuka yang dimiliki oleh organisasi
- Treath yaitu tekanan dan hambatan yang dihadapi organisasi.
2.
Rencana Stategik (Strategic Plan)
Merupakan proses prencanaan
jangka panjang yang tersusun dan digunakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan bersama. Tiga alasan penggunaan perencanaan strategic ini yaitu:
a.
Memberikan kerangka dasar bagi perencanaan lainnya yang akan dilakukan
b. Mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya.
c. Titik permulaan pemahaman dan penilaian kegiatan manajer dan organisasi.
b. Mempermudah pemahaman bentuk-bentuk perencanaan lainnya.
c. Titik permulaan pemahaman dan penilaian kegiatan manajer dan organisasi.
3.
Rencana Operasional ( Operational Plan )
Rencana
ini meliputi perencanaan terhadap kegiatan-kegiatan operasional dan bersifat
jangka pendek.
- Rencana sekali pakai ( single use plan ) yaitu kegiatan yang tidak digunakan lagi setelah tercapainya tujuan dan ini sifatnya lebih terperinci hanya sekali pakai, misalnya rencana pembelian dan pemasangan mesin komputer dalam suatu perusahaan.
- Rencana Tetap ( Standing Plan ) yaitu berupa pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan-penanganan situasi yang dapat diperkirakan terlebih dahulu dan akan terjadi berulang-ulang.
- Rencana sekali pakai ( single use plan ) yaitu kegiatan yang tidak digunakan lagi setelah tercapainya tujuan dan ini sifatnya lebih terperinci hanya sekali pakai, misalnya rencana pembelian dan pemasangan mesin komputer dalam suatu perusahaan.
- Rencana Tetap ( Standing Plan ) yaitu berupa pendekatan-pendekatan standar untuk penanganan-penanganan situasi yang dapat diperkirakan terlebih dahulu dan akan terjadi berulang-ulang.
Jenis-Jenis
Perencanaan
·
Berdasarkan
cakupannya, rencana dapat dibagi menjadi rencana strategis dan rencana operasional.
Rencana strategis adalah rencana umum yang berlaku di seluruh lapisan
organisasi sedangkan rencana operasional adalah rencana yang mengatur kegiatan
sehari-hari anggota organisasi.
·
Berdasarkan
jangka waktunya, rencana dapat dibagi menjadi rencana jangka panjang dan
rencana jangka pendek. Rencana jangka panjang umumnya didefinisikan sebagai
rencana dengan jangka waktu tiga tahun, rencana jangka pendek adalah rencana
yang memiliki jangka waktu satu tahun. Sementara rencana yang berada di antara
keduanya dikatakan memiliki intermediate time frame.
·
Menurut
kekhususannya, rencana dibagi menjadi rencana direksional dan rencana spesifik.
Rencana direksional adalah rencana yang hanya memberikan guidelines secara
umum, tidak mendetail. Misalnya seorang manajer menyuruh karyawannya untuk
"meningkatkan profit 15%." Manajer tidak memberi tahu apa yang harus
dilakukan untuk mencapai 15% itu. Rencana seperti ini sangat fleksibel, namun
tingkat ambiguitasnya tinggi. Sedangkan rencana spesifik adalah rencana yang
secara detail menentukan cara-cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Selain menyuruh karyawan untuk "meningkatkan profit 15%," ia juga
memberikan perintah mendetail, misalnya dengan memperluas pasar, mengurangi biaya,
dan lain-lain.
·
berdasarkan
frekuensi penggunannya, yaitu single use atau standing. Single-use plans adalah
rencana yang didesain untuk dilaksanakan satu kali saja. Contohnya adalah
"membangun 6 buah pabrik di China atau "mencapai penjualan 1.000.000
unit pada tahun 2006." Sedangkan standing plans adalah rencana yang
berjalan selama perusahaan tersebut berdiri, yang termasuk di dalamnya adalah
prosedur, peraturan, kebijakan, dll.
II.
EFISIENSI PEKERJAAN
Pengertian
Efisiensi berkaitan dengan
menghasilkan sesuatu/produksi yang optimal dengan tidak membuang sumber daya
dalam proses pengerjaannya. Bekerja dengan efisien adalah bekerja dengan
gerakan, usaha, waktu dan tenaga yang sedikit mungkin dengan hasil yang tetap
sama. Cara bekerja yang efisien dapat diterapkan oleh semua karyawan untuk
semua pekerjaan yang kecil maupun yang besar. Sehingga dapat membantu
mempercepat penyelesaian tugas dengan menghemat tenaga, waktu, biaya, bahan dan
lainnya.
Bila seorang karyawan
harus segera menyelesaikan pekerjaannya dalam waktu yang singkat, maka karyawan
tersebut harus dapat meningkatkan kecepatan dalam bekerja, tetapi harus tetap
menjaga mutu hasil kerjanya. Oleh karenanya, karyawan yang tidak efisien akan
kekurangan waktu dalam menyelesaikan pekerjaannya, sedangkan karyawan yang
efisien akan kekurangan pekerjaan untuk menghabiskan waktunya.
Dengan demikian, efisiensi kerja merupakan pelaksanaan kerja
dengan cara tertentu, tanpa mengurangi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Cara pelaksanaan kerja tersebut merupakan cara termudah untuk mengerjakannya,
termurah biayanya, tersingkat waktunya, teringan bebannya dan terpendek
jaraknya.
Karyawan yang efisien
tidak akan mengeluh walaupun banyak yang harus dikerjakannya, tetapi karyawan
yang tidak efisien akan mengeluh walopun sedikit yang harus dikerjakannya. Cara
kerja yang efisien hendaknya perlu diterapkan secara terus menerus agar jiwa
efisiensi dapat dimiliki dan diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan.
Azas-azas Efisiensi Kerja
Untuk menerapkan
efisiensi dalam bekerja ini karyawan perlu mengetahui asas-asas efisiensi bagi
pekerjaan yaitu sebagai berikut.
a) Azas
Perencanaan
Perencanaan berarti menggambarkan suatu tindakan yang akan dilaksanakan
dalam rangka mencapai suatu tujuan. Perencanaan ini sangat penting agar
efisiensi dapat dilakukan karena tindakan yang akan dilakukan telah
direncanakan sebelumnya.
b) Azas
Penyederhanaan
Menyederhanakan berarti membuat suatu sistem yang rumit atau pekerjaan
yang sukar menjadi lebih mudah atau ringan.
c) Azas
penghematan
Menghemat berarti mencegah pemakaian benda/bahan secara berlebihan
sehingga biaya pekerjaan menjadi lebih minim.
d) Azas
Penghapusan
Menghapuskan berarti meniadakan kegiatan yang berkaitan dengan
pelaksanaan
pekerjaan yang dianggap kurang perlu, atau yang tidak berhubungan dengan
hasil kerja yang ingin dicapai.
e) Azas
Penggabungan
Menggabungkan berarti menyatukan pekerjaan yang memiliki persamaan
kegiatan atau bahan yang mungkin dapat dikerjakan sekaligus dalam satu langkah
sehingga dapat menghemat waktu kerja.
Syarat Efisiensi Kerja
Untuk mencapai efisiensi kerja
tersebut diperlukan beberapa syarat berikut ini:
a.
Berhasil guna/efektif
Syarat ini menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat,
dalam tercapai sesuai dengan waktu yang ditetapkan.
b.
Ekonomis
Syarat ekonomis menyatakan bahwa dalam usaha mencapai sesuatu yang
efektif biaya, tenaga kerja, material, peralatan, waktu dan ruangan telah
dimanfaatkan dengan tepat.
c.
Pelaksanaan Kerja yang dapat dipertanggungjawabkan
Syarat ini untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja sumber-sumber
yang ada telah dimanfaatkan dengan tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.
d.
Pembagian Kerja yang Nyata
Manusia mempunyai kemampuan yang terbatas sehingga tidak mungkin
mengerjakan segala macam pekerjaan dengan baik. Hendaknya ada pembagian kerja
yang nyata berdasarkan beban kerja, ukuran kemampuan kerja dan waktu yang
tersedia.
e.
Rasionalisasi Wewenang dan Tanggung jawab
Wewenang harus seimbang dengan tanggung jawab seseorang, artinya jangan
sampai terjadi seseorang mempunyai wewenang yang lebih besar dari tanggung
jawabnya, atau sebaliknya jangan sampai terjadi lebih kecil tanggung jawabnya.
f.
Prosedur Kerja yang Praktis
Artinya bahwa pelaksanaan kerja harus merupakan kegiatan operasional
yang dapat dilaksanakan dengan lancar, dapat dipertanggungjawabkan serta
pelayanan kerja memuaskan.
Sumber Efisiensi Kerja
Sumber efisiensi kerja
adalah manusia karena dengan alat pikiran dan pengetahuan yang ada, manusia
mampu menciptakan cara kerja yang efisien. Sumber efisiensi kerja yang melekat
pada manusia adalah kesadaran, keahlian dan disiplin.
a.
Kesadaran
Kesadaran terhadap arti dan
makna efisiensi sangat membantu usaha ke arah efisiensi kerja. Kesadaran
mendorong seseorang berkeinginan membangkitkan kehendak guna melakukan sesuatu.
Efisiensi kerja erat kaitannya dengan tingkah laku dan sikap hidup seseorang.
Artinya bahwa tingkah laku dan sikap hidup seseorang dapat mengarah kepada
perbutan yang efisien atau sebaliknya. Oleh karena itu, penerapan efisiensi kerja
tidak dapat diharapkan timbul ketika pada seseorang, melainkan merupakan hasil
dari proses yang panjang. Kesadaran sebagai salah satu sumber efisiensi perlu
secara terus-menerus dipupuk agar usaha dapat berhasil tanpa pemborosan tenaga,
biaya dan waktu.
b.
Keahlian
Suatu pekerjaan yang dilakukan
oleh seorang ahli hasilnya akan lebih baik dan lebih cepat daripada apabila
pekerjaan tersebut dilakukan oleh orang yang bukan ahlinya. Unsur keahlian
dalam efisiensi kerja melekat pada manusia, sama halnya dengan unsur kesadaran.
Keahlian manusia di bidang tertentu perlu ditunjang denga peralatan, agar
efisiensi kerja yang akan dicapai dapat lebih tinggi daripada tanpa menggunakan
alat. Sebab keahlian tanpa ditunjang oleh fasilitas yang memadai tidak mungkin
diterapkan untuk dapat menghasilkan yang terbaik. Tetapi keahlian itu
sendiri sudah merupakan jaminan akan
didapatkannya hasil yang efisien.
Masalah keahlian di dalam suatu
kegiatan/pekerjaan dewasa ini, telah berkembang sehingga menrut adanya keahlian
untuk masing-masing bidang pekerjaan. Perkembangan pekerjaan yang menjurus ke
arah spesialisasi mensyaratkan adanya tenaga ahli. Semakin banyak spesialisasi
diciptakan dan semakin banyak pula keahlian yang diperlukan sesuai tuntutan
yang ada. Seorang pakar dalam bidang tertentu, akan mampu memperkirakan dengan
tepat kerusakan pada sebuah mesin hanya karena mendengar suara mesinnya, tetapi
seorang yang bukan pakarnya tidak dapat memperkirakan tanpa membongkar lebih
dahulu mesin tersebut. Dari contoh tersebut, dapat kita lihat perbedaan dalam
efisiensi kerja. Sehubungan dengan hal tersebut maka faktor yang sangat erat
hubungannya dengan keahlian adalah penempatan orang yang tepat pada suatu
pekerjaan.
c.
Disiplin
Disiplin erat hubungannya
dengan kesadaran, sebab disiplin timbul dari kesadaran. Kesadaran belum
memerlukan waktu lama dan agak sulit dilaksanakan, tetapi disiplin dapat
ditumbuhkan dalam waktu yang singkat dan pada awalnya dapat dipaksakan dengan
suatu aturan. Di tempat kerja terdapat berbagai aturan yang menuntut adanya
disiplin pegawai dengan berbagai sanksinya. Usaha untuk menciptakan disiplin
pada organisasi antara lain dilakukan melalui penyebaran tugas dan wewenang
yang jelas, tata cara atau tata kerja (prosedur) yang sederhana tetapi memadai
yang dapat diketahui dan dipahami oleh tiap karyawan sehingga mereka bisa
melaksanakan disiplin tersebut.
Upaya lain yang perlu dilaksanakan
adalah menciptakan keseimbangan antara kepentingan organisasi dengan
kepentingan pribadi karyawan. Untuk dapat menciptakan keseimbangan kepentingan
tersebut, banyak hal yang perlu diperhatikan, misalnya gaji/pendapatan,
penghargaan, pendidikan dan latihan, fasilitas, rekreasi, dan hal-hal yang
menyangkut segi kemanusiaan karyawan. Apabila upaya tersebut dapat diwujudkan
dengan baik, maka disiplin organisasi dapat ditegakkan dan dipelihara sehingga
semua pekerjaan dapat dilaksanakan dengan efisien.
Pedoman Efisiensi Kerja
Dalam rangka membantu menciptakan
cara kerja yang efisien, diperlukan beberapa pedoman sebagai berikut.
a.
Mengubah pekerjaan rutin atau pekerjaan otak menjadi pekerjaan otomatis.
b.
Menggunakan tangan untuk bekerja dengan tanpa bantuan mata.
c.
Memiliki tempat tertentu untuk benda atau catatan
d.
Menyimpan benda yang benar-benar penting saja.
e.
Bekerjalah menurut rencana untuk mencapai hasil.
f.
Menyusun pekerjaan menurut rangkaian kerja yang tepat.
g.
Membiasakan mengambil keputusan seketika.
h.
Membiasakan memulai dan menyelesaikan pekerjaan seketika.
i.
Menggunakan catatan untuk membantu ingatan.
j.
Menggunakan tenaga lain atau pembantu untuk membantu menyelesaikan
pekerjaan.
Menerapkan Efisiensi Kerja Di Kantor
Dalam menciptakan
efisiensi kerja, sebaiknya diteliti dan ditemukan tempat atau bagian-bagian
yang sering mengalami inefisiensi terlebih dahulu sehingga efisiensi dapat
diterapkan pada bagian-bagian yang mengalami inefisiensi tersebut. Dalam
pekerjaan sehari-hari di kantor, umumnya inefisiensi terjadi dalam pemakaian
alat tulis kantor dan pemeliharaan serta pemakaian barang kantor. Oleh karena
itu, pada kedua bagian ini perlu diterapkan efisiensi.
a.
Efisiensi dalam Pemakaian Alat Tulis Kantor
1)
Jangan mudah membuang bahan, kecuali benar-benar tidak dapat digunaan lagi.
Contoh: kertas yang terbuang percuma setiap hari karena kebiasaan membuang
kertas padahal kertas masih bisa digunakan untuk keperluan lain.
2)
Memelihara alat kerja seperti komputer sesuai dengan kemampuan, misalnya
dengan cara memakai alat kerja tersebut sesuai dengan tujuannya.
3)
Pakailah kertas konsep secara timbal balik.
4)
Pergunakan karbon dengan cermat.
5)
Hindarkan membuat tembusan surat dan lainnya yang berlebihan.
6)
Menggandakan surat secukupnya saja.
b.
Efisiensi dalam Pemeliharaan serta Pemakaian Barang Kantor
Pemeliharaan
adalah merawat benda/barang agar benda/barang tetap berada dalam kondisi yang
terbaik dalam hal pemakaian atau dalam hal pemanfaatannya sehingga diperoleh
hasil sesuai dengan fungsinya.
Memelihara
barang tidak bergerak, baik bergerak di tempat (berupa mesin) maupun bergerak
dengan menempuh suatu jarak (mobil, motor, sepeda dan lain-lain). Pemeliharaan
barang bergerak membutuhkan keahlian khusus dan frekuensi pemeliharaannya
melebihi frekuensi pemeliharaan terhadap barang tidak bergerak. Artinya,
frekuensi pemeliharaan barang yang bergerak lebih banyak dibandingkan barang
tidak bergerak sehingga berpengaruh terhadap besarnya biaya pemeliharaan. Untuk
menanggulangi besarnya biaya pemeliharaan tersebut, perlu diketahui beberapa
hal yang menyebabkan terjadinya pemborosan dalam pemeliharaan barang sehingga
meningkatkan jumlah biaya pemeliharaan, yaitu:
1)
Kelengahan pengelolaan bahan atau alat dalam proses produksi.
2)
Kelengahan dalam perlindungan barang terhadap udara, panas, debu, cairan
dan lain-lain.
3)
Cara penggunaan atau pengoperasian mesin/alat yang tidak tepat.
4)
Pemakaian mesin atau barang yang tidak sesuai dengan tujuan.
5)
Pemakaian barang yang berlebihan dan kelebihan itu tidak dikembalikan
atau dilaporkan.
6)
Pemakaian yang kasar dan ceroboh.
7)
Kesalahan dalam batas kecepatan atau kemampuan.
8)
Beban yang berlebih pada alat angkut yang menyebabkan alat cepat rusak.
9)
Kelalaian pengurusan barang atau mesin yang tidak dipakai.
10) Kelalaian
terhadap perbaikan kecil yang sebenarnya dapat dilakukan sendiri.
11) Penghapusan
barang sebelum waktunya.
12) Hilangnya
alat-alat kecil.
13) Kelambatan
dalam sistem laporan jika terjadi kerusakan pada mesin.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Efisiensi Kerja
Dalam mewujudkan
efisiensi dalam bekerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhinya. Menurut
Ralph M. Barnes terhadap 3 faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja, yaitu
gerakan tubuh pengaturan tempat kerja, dan penggunaan alat kerja. Menurut The
Liang Gie juga terdapat 3 faktor yang mempengaruhi efisiensi kerja, yaitu
kemauan, kemampuan dan kemahiran.
Secara lebih
terperinci, faktor yang memengaruhi seseorang untuk dapat bekerja dengan
efisien, di antaranya adalah sebagai berikut.
a.
Bentuk dan susunan serta permukaan meja kerja perlu dirancang dengan
baik, agar dapat menghemat tenaga, usaha dan waktu. Contoh meja yang berbentuk
L dan U dengan tempat mesin ketik atau komputer di sebelah kiri. Selain itu,
permukaan meja harus halus agar karyawan bisa bekerja dengan nyaman.
b.
Kursi
Kursi hendaknya yang dapat berputar dan mempunyai sandaran tegak, agar
karyawan dapat duduk dan mudah berputar apabila harus mengetik, mengangkat
telepon atau menulis diatas meja tulisnya.
c.
Posisi Benda/Barang
Posisi benda atau barang yang sering digunakan
diatas meja dan segera simpan semua peralatan atau berkas yang tidak diperlukan
lagi agar meja tetap rapi dan dapat digunakan untuk mengerjakan pekerjaan
lainnya dengan efisien.
d.
Laci
Barang atau benda yang ada di dalam laci hendaknya
disusun dengan penuh pertimbangan, disesuaikan dengan kepentingan masing-masing
peralatan agar dapat dipergunakan secara efisien.
No comments:
Post a Comment