Pages

Wednesday 12 February 2020

PERKEMBANGAN KECERDASAN DAN KREATIFITAS ANAK - PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK


Picture : SehatQ

1.  PENGERTIAN  KECERDASAN
Menurut kamus Webstar New World Dictionary Of The American language, kecerdasan adalah kecakapan untuk berfikir, mengamati, dan mengerti atau kecakapan untuk mengamati hubungan-hubungan perbedaan-perbadaan dan sebagainya.
Secara umum terdapat tiga jenis kecerdasan, antara lain:
a.     Intelegent Quotient
Intelegent Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual merupakan bentuk kemampuan individu untuk berfikir, mengolah, dan menguasai lingkungannya secara maksimal. Kecerdasan ini digunakan untuk memecahkan masalah logika maupun strategis.
b.     Emotional Quotient
Emotional Quotient (EQ) atau kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk mengenali, mengendalikan, dan menata perasaannya sendiri maupun orang lain. Kecerdasan ini membuat orang lain lebih peka terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya.
c.     Spiritual Quotient
Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual merupakan kemampuan seseorang untuk memahami makna mengenai lingkungan di sekitarnya. kecerdasan ini digunakan untuk menilai tindakan ataupun jalan hidup seseorang menjadi lebih bermakna. Kecerdasan ini merupakan dasar untuk memfungsikan Intelegent Quotient (EQ) dan Emotional Quotient (EQ).

Menurut teori kecerdasan majemuk yang dirumuskan oleh Gardner, ada delapan macam kecerdasan yang dapat dimiliki oleh seseorang, antara lain:
a.     Kecerdasan linguistik
Kecedasan linguistik merupakan kemampuan berbicara atau menulis dengan baik. Orang yang mempunyai kecerdasan liguistik mempunyai kemampuan untuk menggunakan kata yang efektif, baik secara lisan (misal : pendongeng, orator, politisi) maupun tertulis (sastrawan).
b.     Kecerdasan logis matematis
Kecerdasan logis matematis merupakan kemampuan untuk menalar, menghitung, dan menangani pemikiran yang logis. Orang yang mempunyai kecerdasan ini, mampu menggunakan angka dengan baik (misal: ahli matematika, ahli pajak, ahli statistik) dan melakukan penalaran yang yang benar (ilmuwan, pemrograman computer, atau ahli logika).
c.     Kecerdasan visual spasial
Keceradsan visual spasial merupakan kemmapuan untuk melukis, memotret atau mematung. Kecerdasan ini meliputi kepekaan warna, garis, bentuk, ruang, dan hubungan antar unsur tersebut.
d.     Kecerdasan kinestetis – jasmani
Kecerdasan kinestetik – jasmani merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan anggota tubuh. Kecerdasan ini meliputi kemapuan fsik secara spesifik seperti: koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kelenturan dan kecepatan ketepatan dalam meneima rangsangan terhadap hal yang berkaitan dengan sentuhan.
e.     Kecerdasan musical
Kecerdasan musical merupakan kemampuan seseorang dalam mengubah lagu, bernyanyi, dan memainkan alat music. Kecerdasan ini memiliki kepekaaan pada irama, pola, nada, warna nada, warna suara suatu lagu.
f.      Kecerdasan interpersonal
Kecerdasan interpersonal merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Orang yang mempunyai kecerdasan ini, mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan tindakan tertentu.
g.     Kecerdasan intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal merupakan kemampuan untuk mengelola perasaan dan kesadaran diri sendiri. Kecerdasan ini meliputi kemampuan memahami diri yang akurat ( kekuatan dan keterbatasan diri), kesadaran akan suasana hati, maksud, motivasi, tempramen, dan keinginan serta kemampuan berdisiplin diri, memahami dan menghargai diri.
h.     Kecerdasan naturalis
Kecerdasan naturalis merupakan kemampuan dan keahlian untuk mengenali dan mengategorikan spesies, flora dan fauna di sekitar.

2.  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECERDASAN ANAK
1.     Faktor bawaan atau biologis
Faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawah sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan.
2.     Faktor minat dan pembawaan yang khas
Minat merupakan faktor yang mempengaruhi kecerdasan, karena dengan adanya minat terhadap suatu hal, kita akan berusaha untuk belajar dan melakukan hal yang kita minati.
3.     Faktor pembentukan atau lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor eksternal yang domianan karena pergaulan dalam lingkungan menghasilkan suatu tindakan yang diulang beberapa kali atau bahkan sering sehingga menjadi suatu kebiasaan. Lingkungan pergaulan yang baik akan menjadi faktor pendorong perkembangan kecerdasan pada anak, sedangkan lingkungan pergaulan yang buruk menjadi penghambat perkembangan kecerdasan pada anak.
4.     Faktor kematangan
Faktor kematangan membawa dampak pada pemikiran setiap individu, semakin matang pemikiran individu terhadap suatu hal, maka akan membantu untuk meningkatkan kecerdasannya, baik IQ, EQ, dan SQ.
5.     Faktor kebebasan
Faktor kebebasan berarti manusia dibebaskan untuk melakukan segala hal yang mereka rancangkan, percobaan – percobaan ini akan menghasilkan trial and error sehingga akan menghasilkan perbaikan. Perbaikan inilah yang akan meningkatkan cara pandang, maupun tindakan yang mempertajam tingkat kecerdasan.
  
3. CARA MENINGKATKAN KECERDASAN PESERTA DIDIK MELALUI PEMBELAJARAN EFEKTIF
Pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa atau peserta didik untuk belajar ketrampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap juga membuat siswa senang. Pembelajaran yang efektif menumbuhkan murid belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, ketrampilan, nilai konsep dan bagaimana hidup serasi dengan sesama atau sesuatu hasil belajar yang diinginkan.

Sebelum memahas lebih lanjut mengenai pembelajaran yang efektif, hendaknya kita mengetahui tentang cara otak berkerja. Otak bukan hanya menerima informasi tetapi ia memproses atau mengolah informasi secara efektif. Pembelajaran dapat meningkat jika orang diminta melakukan hal berikut:
1)    Menyebutkan infomasi tersebut dalam kata – kata mereka sendiri.
2)    Memberikan sejumlah contohnya.
3)    Mengenalkannya dalam berbagai keadaan.
4)    Melihat hubungan antara hal itu dengan fakta lainnya.
5)    Menggunakannya dengan berbagai cara.
6)    Memperkirakan sejumlah konsekuensinya.
7)    Menyatakan kebalikan atau lawannya.

Dalam banyak hal, otak kita mirip seperti komputer dan kita adalah penggunanya. Sebuah komputer harus dinyalakan untuk bisa berkerja. Otak kita juga demikian. Ketika pembelajaran berlangsung pasif, otak seperti tidak dinyalakan sehingga ia tidak bisa menafsirkan dengan baik. Sejatinya, pembelajaran yang sebenarnya bukan berupa penghafalan karena sebagian besar dari apa yang kita hafal akan hilang dalam hitungan jam. Pembelajaran bukanlah peristiwa sekali hentak, oleh karena itu dibutuhkan paparan tentang materi agar dapat dimengerti. Dalam pembelajaran efektif, kita harus memahami gaya belajar peserta didik. Gaya belajar peserta didik berbeda-beda, berikut adalah macam-macam gaya belajar peserta didik :
1)    Auditoris (pendengaran)
Peseta didik dengan gaya belajar ini, tidak mau repot mencatat atau melihat apa yang guru lakukan. Mereka mengandalkan kemampuan untuk mendengarkan dan mengingat apa yang dikatakan.
2)    Kinestetik (gerak)
Peseta didik dengan gaya belajar ini, cemderung merupakan peserta didik yang implusif dengan kesabaran yang sedikit. Mereka mungkin gelisah kecuali bisa bergerak dan mengerjakan. Solusi untuk pesrta didik yang seperti ini, hendaknya menggunakan pembelajaran yang disisipi dengan permainan peran, game, dan latihan kelompok.

Agar pembelajaran menjadi lebih efektif, guru harus menggunakan gaya pembelajaran seperti diskusi, proyek kelompok kecil, presentasi, debat dalam kelas, latihan eksperensial, pengalaman lapangan, simulasi, dan studi kasus.
3)    Visual (melihat)
Gaya belajar secara visual ini yaitu kemampuan belajar dengan melihat. Gaya belajar ini digunakan pada orang dengan indera pengelihatan yang tajam dan teliti. Kemampuan belajar yang berhubungan dengan ini yaitu seperti matematika, bahasa arab, bahasa jepang, simbol- simbol, dan lainnya yang berkaitan dengan bentuk. Ciri ciri gaya belajar visual yaitu : bisa mengingat dengan kuat karena melihat, tidak tergangu dengan suara berisik, suka melihat dan mendemonstrasikan sesuatu, memiliki kemampuan mengambar dan mencatat sesuatu dengan detail.

Orang dengan gaya belajar visual memiliki kesulitan dalam menyalin tulisan dari papan tulis, tulisannya tampak berantakan dan tidak mudah dibaca. Anak dengan gaya belajar visual menyukai percobaan atau peragaan. Metode pembelajaran yang tepat yaitu dengan metode mindmap, video ilustrasi, alat tulis berwarna, pembelajaran menggunakan bentuk.

4)    Global (menyeluruh)
       Anak dengan gaya belajar global memiliki kemampuan memahami sesuatu secara menyeluruh. Pemahaman yang dimiliki berisi gambaran yang besar dan juga hubungan antara satu objek dengan yang lainnya. Anak dengan gaya belajar global juga mampu mengartikan hal hal yang tersirat dengan bahasanya sendiri secara jelas. Ciri ciri anak dengan gaya belajar global: mampu berkerjasama dengan orang lain dengan baik, mampu melihat permasalahan dengan baik, mampu mengutarakan sesuatu yang dilihatnya dengan baik. Anak dengan gaya belajar global biasanya kurang rapi, meskipun sebenarnya menyukai kerapian. Anak dengan gaya belajar ini cenderung memerlukan banyak dukungan semangat sebelum melakukan sesuatu.

5)    Analitik (analisis)
Anak dengan gaya belajar analitik memikili kemampuan dalam memandang sesuatu cenderung ditelaah terlebih dahulu secara terperinci, spesifik, dan teratur. Mengerjakan suatu hal secara bertahap dan urut. Ciri – ciri anak dengan  gaya belajar analitik: focus pada satu tugas (ia tidak akan mengerjakan tugas lainnya bila tugasnya belum selesai), berfikir secara logika, belajar dengan metode konsisten, menilai sesuatu berdasarkan fakta. Anak dengan gaya belajar ini cocok untuk belajar sendiri baru digabungkan dengan kelompok belajar.

Mereka juga mengalami kesulitan dalam belajar dikarenakan hanya berfokus pada satu hal. Cara terbaik untuk mengatasinya yaitu membuat jadwal belajar yang terstruktur sehingga sasaran belajar yang ingin dicapai jelas. Metode belajar yang tepat yaitu dengan konsisten melakukan atau mengerjakan tugas sesuai dengan jadwal harian yang dibuatnya.

2.4  PENGERTIAN KREATIFITAS
Menurut Utami Munandar (2009: 12), kreatifitas adalah hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya, kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data, informasi, atau unsur-unsur yang sudah ada atau dikenal sebelumnya, yaitu semua pengalaman dan pengetahuan yang telah diperoleh seseorang selama hidupnya baik itu di lingkungan sekolah, keluarga, maupun dari lingkungan masyarakat.

Dari sudut pandang keilmuan, kreatifitas menciptakan hasil pemikiran berdaya cipta (creative thingking). Creative thingking dapat diakui jika karya yang dihasilkan bersifat orisinil ( memiliki keaslian). Daya untuk menciptakan kreatifitas dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal, antara lain:
a.     Faktor internal:
a)     Genetik
Gen memiliki pengaruh dalam perkembangan kreatifitas anak. Setiap anak memiliki kode genetika yang diwariskan oleh orang tua mereka. Para ahli genetika memberikan pendapat yang beragam, ada yang mengatakan presentase kemungkinan genetic mempengaruhi kreatifitas sebesar 20%, 40%, bahkan 50%.
b)     Gender
Jenis kelamin berpengaruh terhadap kreatifitas, hal ini dikarenakan adanya perbedaan perlakuan yang diterima oleh masing – masing gender. Laki-laki cenderung diberikan kebebasan untuk mengeksplorasi dan dibesarkan dengan perlakuan yang mandiri. Berbeda dengan perempuan yang kebebasannya dibatasi.
c)     Kesehatan
Kesehatan memiliki pengaruh terhadap perkembangan kreatifitas anak, karena sehat dan aktifitas indra pada anak-anak berpengaruh pada perilaku dan suasana hati yang dapat mempengaruhi kreatifitas.
d)     Minat bakat
Minat dan bakat merupakan faktor yang utama dalam pengembangan kreatifitas karena seorang anak yang minat terhadap suatu hal biasanya akan berusaha lebih keras untuk mencapai tujuannya. Hal ini tentu dapat semakin kuat jika terdapat bakat yang sesuai dengan minat anak.
e)     Motivasi
Motivasi merupakan suatu dorongan yang mengakibatkan adannya suatu tindakan. Kreatifitas anak akan mampu berkembang dengan baik apabila ada motivasi yang kuat baik secara internal yang berkaitan dengan visi batin anak maupun eksternal.
f)      Gaya belajar
Setiap anak memiliki gaya belajar yang unik untuk memudahkan mengembangkan kreatifitas mereka. Berdasarkan prefensi kognitif yang dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc mengklasifikasikan gaya belajar menurut kemampuan mental menjadi 4 kategori yaitu: gaya belajar konkret – sekuensial, gaya belajar abstrak – sekuensial, gaya belajar konkret – acak, dan gaya belajar abstrak – acak.

b.     Faktor Eksternal:
a)     Pola asuh anak
Pengasuhan menjadi faktor yang sangat penting. Karena pada usia dini anak harus dipenuhi perasaan kasih sayang, perasaan mesra, hangat, dan penuh dengan kebahagiaan. Ada 3 pola asuh anak antara lain: pertama, pola asuh authorium. Pola ini memposisikan orang tua sebagai orang yang paling berkuasa sehingga anak – anak tidak mempunyai ruang gerak yang bebas untuk mengeksplorasi kemampuannya. Kedua, pola pengasuhan permissive. Pada pola ini orang tua membiarkan anaknya untuk melakukan apa saja tanpa adannya pengontrolan dan pengawasan. Ketiga, pola pengasuhan demokratis. Pada pola ini, orang tua memberikan teladan dan memberikan inspirai bagi ank – anaknya . orang tua memberikan kebebasan pada anaknya dengan batas kewajaran.
b)     Trilogi pendidikan
Konsep trilogi pendidikan (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat) berperan besar dalam proses pengembangan kreatifitas anak. Studi terhadap penulis, seniman, arsitek, dan orang kreative lainnya menunjukkan bahwa lingkungan keluarga berperan besar dalam membentuk kreatifitas anak, hal ini dikarenakan keluarga merupakan madrasah pertama bagi anak sebelum anak menempuh pendidikan formal maupun belajar dari masyarakat.
c)     Media
Media merupakan segala bentuk dan saluran yang digunakan dalam proses penyampaian informasi. Pemilihan media yang tepat bisa membangkitkan kreatifitas anak seperti menggunakan media permainan untuk menumbuhkan kreatifitas anak.
d)     Display lingkungan
Display merupakan bagian dari lingkungan untuk memberi rangsangan pada kreatifitas anak. Display yang baik akan menunjukkan tata letak yang kreatif. Tata letak ini didasarkan pada apa yang terbaik bagi anak ditentukan oleh anak dan guru.

Kreatifitas bukanlah hal yang abstrak sehingga dapat diketahui ciri – ciri anak yang memiliki kreatifitas antara lain:
Ciri-ciri aptitude
1.     Kelancaran berfikir : mencetuskan banyak gagasan, jawaban, pertanyaan. Selalu memikirkan lebih dari satu jawaban. Anak yang memiliki kelancaran berfikir akan mengajukan banyak pertanyaan, menjawab dengan sejumlah jawaban, banyak gagasan, bekerja lebih cepat dari anak-anak dari orang lain, dapat melihat kesalahan pada objek dan orang lain.
2.     Mampu berpikir luwes : menghasilkan jawaban yang bervariasi, melihat masalah dari berbagai pandangan, banyak alternative, mampu mengubah cara berpikir dan pendekatan. Anak yang mampu berpikir luwes akan memberikan penggunaan yang tidak lazim, macam-maacam penafsiran terhadap suatu gambar atau objek, posisi sering bertentangan dari mayoritas, mampu mengubah arah berpikir secara spontan.
3.     Mampu berpikir orisinal : mampu melahirkan ungkapan yang baru dan unik, memikirkan cara tidak lazim dari bagian-bagian atau unsur-unsur.

2.5  CARA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS PADA PESERTA DIDIK
1.     Strategi Pengajaran Kraeativitas
Menurut Horng dkk (2005) kreatifitas para siswa ditentukan oleh  strategipengajaran yang diberikan oleh guru. Strategi pengajaran tersebut sebaiknya diterapkan sebagai aktivitas yang terintegrasi. Berbagai strategi tersebut ialah :
a.      Pembelajaran yang berpusat pada siswa
Strategi ini menuntut guru berperan sebagai fasilitator yang menolong para siswa untuk melakukan refleksi diri, diskusi kelompok, bermain peran, melakukan presentasi secara dramatikal, dan berbagai aktifitas kelompok lainnya. Guru juga berperan sebagai teman belajar, inspirator, navigator, dan orang yang berbagi pengalaman. Para siswa diberi kebebasan untuk memilih perspektif yang akan mereka gunakan untuk mempelajari suatu topik. Berbagai metode tersebut akan membuat para siswa berubah dari pendengar pasif menjadi observer, mampu menunjukkan kemampuannya, dan co-learner. Guru hendaknya juga memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memilih topik dalam berbagai tugas proyek individu atau kelompok. Melalui metode ini, kreatifitas ditimbulkan untuk mengeksplorasi berbagai ide yang dipandang menarik oleh para siswa.
b.     Penggunaan berbagai peralatan bantu dalam pengajaran
Guru yang kreatif dan banyak akal menggunakan berbagai peralatan dalam mengajar, seperti penghancur kertas, kotak mainan, palu, naskah tulisan para siswa, power-point, komputer, dan peralatan multimedia untuk menggairahkan para siswa dalam berfikir, memperluas sudut pandangnya, dan memicu diskusi yang lebih mendalam. Tan (dalam Horng dkk., 2005) mengemukakan bahwa video terbukti efektif untuk meningkatkan kreatifitas para siswa. Pelajaran yang difasilitasi oleh penggunaan video akan menjadi lebih atraktif, menarik, dan lebih mudah diingat oleh para siswa. Mata pelajaran juga akan lebih atraktif dan menstimulasi pada saat menggunakan komputer, transparansi, slide show, dan berbagai peralatan multimedia lainnya.
c.      Strategi manajemen kelas
Strategi ini mencakup pembuatan iklim interaksi antara guru dan siswa yang bersahabat dan memperlakukan siswa dengan menghormati berbagai kebutuhan dan individualitasnya. Guru diharapkan mampu berbicara dengan nada dan bahasa tubuh yang ramah (gentle) kepada para siswanya. Guru diharapkan juga tidak menginterupsi atau menghakimi secara tergesa-gesa pada saat para siswa mengekspresikan ide-idenya. Guru diharapkan mampu memberikan bimbingan, pertanyaan terbuka yang lebih banyak, atau menyampaikan pengalaman pribadinya sebagai referensi. Humor yang digunakan guru di dalam kelas dapat menjadi jembatan penghubung antara guru dan siswa, serta menyediakan lingkungan belajar yang santai.
d.     Menghubungkan isi pengajaran dengan konteks kehidupan nyata
Guru yang mampu memberikan pelajaran sesuai dengan konteks nyata kehidupan berarti telah membagikan pengalamannya kepada para siswa. Hal ini akan menjadi pemicu bagi para siswa untuk memberikan respon, berdiskusi, dan berfikir dalam tingkat tinggi.
Proses pengajaran yang terintegrasi akan menolong para siswa untuk mengembangkan keterampilan dalam mengekspresikan dan merealisasikannya dalam kehidupan nyata sehari-hari, menemukan contoh dalam kehidupan nyata untuk membuktikan apa yang telah mereka pelajari, dan menghubungkan apa yang mereka pelajari dengan berbagai pengalaman kehidupan. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan seharusnya memusatkan pada peningkatan keterampilan untuk menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan dengan membebaskan kreatifitas para siswa.
e.      menggunakan pertanyaan terbuka
Pertanyaan-pertanyaan terbuka akan menggerakkan para siswa untuk berfikir kreatif. Esquivel (dalam Horng dkk., 2005) bahkan menyatakan bahwa pertanyaan terbuka merupakan karakteristik dari guru yang kreatif. Guru yang kreatif juga selalu mendorong siswanya untuk membuat dan berimajinasi dalam diskusi kelompok. Berbagai hasil penelitian (dalam Horng dkk., 2005) menunjukkan bahwa para guru dapat memberikan pengaruh yang lebih positif dengan mendorong para siswa agar ”menjadi kreatif”.

2.6  KETERKAITAN KECERDASAN DENGAN KREATIFITAS
Dalam tingkat tertentu terdapat kaitanya antara kecerdasan dan kreatifitas. Keduanya :
·       Bergantung pada faktor ekstern dan intern
·       Getzels dan Jackson (1962) membuat 4 kelompok keterkaitanya :
§  Kreatifitas rendah-intelegansi rendah
§  Kreatifitas rendah-intelegensi tinggi
§  Kreatifitas tinggi-intelegensi tinggi
§  Kreatifitas tinggi-intelegensi rendah

                 Selain keterakaitan diatas, antara kecerdasan dan kreatifitas juga memiliki perbedaan. Guilford melihat pada perbedaan proses berfikir:
·       Kecerdasan (intelegensi) cenderung berfikir konvergen, yaitu proses berfikir memusat dengan penekanan pada pencapaian jawaban tunggal yang paling tepat (otak kiri).
·       Kreatifitas cenderung berfikir divergen yaitu proses berfikir menyebar dengan penekanan pada segi kesesuaian (otak kanan).



1 comment:

  1. Did you realize there's a 12 word phrase you can speak to your crush... that will trigger intense emotions of love and instinctual attraction to you buried within his heart?

    Because deep inside these 12 words is a "secret signal" that triggers a man's instinct to love, idolize and protect you with his entire heart...

    12 Words Will Trigger A Man's Desire Instinct

    This instinct is so built-in to a man's brain that it will drive him to work harder than before to to be the best lover he can be.

    Matter-of-fact, fueling this influential instinct is so mandatory to having the best possible relationship with your man that once you send your man one of these "Secret Signals"...

    ...You'll soon find him open his soul and mind for you in a way he haven't experienced before and he'll distinguish you as the one and only woman in the universe who has ever truly fascinated him.

    ReplyDelete